Kabut Asap Dorong Eksekutif Asing Pergi dari Tiongkok
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Kabut asap di Tiongkok membuat perusahaan asing semakin sulit meyakinkan eksekutif papan atas mereka untuk bekerja di negara tersebut, menurut Kamar Dagang AS di Beijing, Rabu (19/3).
Sekitar 48 persen dari 365 perusahaan asing yang menjawab survei tahunan lembaga tersebut, yang mencakup perusahaan-perusahaan di kota-kota utara Tiongkok, seperti diberitakan VOA, mengatakan keprihatinan akan kualitas udara telah membuat eksekutif senior pergi.
Seperti dilaporkan Deutsche Welle, Beijing, ibu kota Republik Rakyat Tiongkok, teratas dalam catatan sepuluh kota dengan kabut asap terparah di dunia. Untuk urusan kualitas udara buruk itu Beijing “mengungguli” Azwaz di Iran, Ulan Bator di Mongolia, Lahore di Pakistan, dan New Delhi di India, lima negara paling polutif di dunia.
Polusi di Beijing, menjadi "hambatan dalam mempekerjakan dan mempertahankan eksekutif senior," menurut laporan Reuters yang dikutip VOA tersebut. Data 2014 itu merupakan lonjakan dari angka pada 2010, yaitu 19 persen perusahaan asing yang mengatakan kabut asap merupakan masalah bagi rekrutmen. Namun demikian, perlambatan ekonomi Tiongkok tetap menjadi risiko utama perusahaan, menurut laporan tersebut.
Para eksekutif asing terus mengeluhkan polusi di Tiongkok dan dampak kesehatannya. Sejumlah eksekutif papan atas meninggalkan negara itu dalam beberapa tahun terakhir, menyebut polusi sebagai alasan utama kepergian mereka.
Lulu Zhou, wakil direktur di badan tenaga kerja Robert Walters China, mengatakan beberapa eksekutif asing menggunakan polusi untuk menegosiasikan gaji yang lebih tinggi.
Perusahaan elektronik Jepang, Panasonic Corp memberitahukan serikat-serikat pekerjanya bahwa perusahaan akan mengevaluasi uang bonus karyawan ekspatriat di Tiongkok karena kualitas udara.
Sebuah perusahaan asuransi milik pemerintah mengatakan akan menawarkan asuransi yang mencakup risiko kesehatan akibat polusi udara.
Indeks kualitas udara resmi Beijing (AQI), yang mengukur polutan yang terkandung di udara termasuk partikel-partikel dan sulfur dioksida, sering kali melampaui angka 300, atau batas berbahaya, dan terkadang lebih tinggi daripada 500.
Hampir semua kota di Tiongkok yang mengawasi polusi tahun lalu gagal memenuhi standar negara. Bagian utara negara tersebut paling menderita karena merupakan lokasi produksi batu bara, baja, dan semen. Wilayah itu juga jauh lebih dingin, dan bergantung pada pemanas batu bara industri untuk menyediakan pemanasan dalam musim dingin yang panjang.
Pada Minggu (16/3), Tiongkok bertekad membuat 60 persen kota-kotanya memenuhi standar polusi nasional pada 2020. (Reuters/VOA)
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...