Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 17:51 WIB | Kamis, 20 Maret 2014

Kerugian Akibat Bencana Naik Empat Kali Lipat

Banjir di Indramayu pada awal tahun 2014. (Foto: dok. satuharapan.com/Ant)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Dunia menyatakan kerugian global akibat bencana alam meningkat empat kali lipat hingga mencapai 200 miliar dolar AS atau senilai Rp 2.000 triliun per tahun.

"Kerugian ekonomi akibat bencana alam meningkat dari 50 miliar dolar AS setiap tahun pada tahun 1980-an hingga sekitar 200 miliar dolar AS setiap tahun pada dekade terakhir," kata Wakil Presiden Bank Dunia, Rachel Kyte, dalam keterangan tertulis, hari Kamis (20/3).

Menurut Rachel Kyte, sekitar tiga perempat dari perkiraan jumlah kerugian itu merupakan hasil dari dampak cuaca ekstrim. Untuk itu, sekarang dibutuhkan data yang akurat untuk projek membangun ketahanan bencana mengingat semakin tidak menentunya cuaca dan meningkatnya jumlah bencana alam.

Dia mengungkapkan, Bank Dunia telah meluncurkan Inisiatif Data Terbuka untuk Ketahanan (OpenDRI) yang menghasilkan panduan manual bagi pemerintah dan organisasi guna menetapkan standar landasan untuk penciptaan data terbuka dan komunikasi mengenai informasi perubahan iklim.

Hal tersebut, kata dia, juga bakal memastikan pembagian data dan kolaborasi antara beragam pihak seperti lembaga pemerintahan, sektor swasta, akademisi dan masyarakat sipil.

Sedangkan terkait dengan upaya mengurangi risiko perubahan iklim, OpenDRI akan mendorong lebih banyak lagi kolaborasi data dengan beragam upaya kemanusiaan. Bank Dunia juga telah berkomitmen untuk membagi panduan OpenDRI dengan target mencapai 24 negara mitra pada tahun 2016 mendatang.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengkritisi kecilnya anggaran bencana pemerintah daerah dan menilai perlu dilakukan penambahan anggaran.

"Daerah perlu menambah anggaran untuk bencana, saya lihat di sini kecil sekali," kata Presiden saat berdialog dengan warga Kabupaten Siak dan Kampar di Kabupaten Siak, Riau, Minggu (16/3).

Menurut Presiden, kecilnya anggaran bencana bukan hanya terjadi di Provinsi Riau. Hal serupa juga terjadi di banyak daerah di Indonesia sekalipun pejabat daerah telah mengetahui jika daerahnya termasuk rawan bencana sehingga acapkali tidak dapat mengatasi bencana yang terjadi. Ia tidak mengelaborasi lebih lanjut besaran anggaran tersebut.

Sementara Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, mengatakan bahwa sektor perikanan budidaya yang terletak di kawasan pantai utara (pantura) Jawa mengalami rugi besar akibat bencana banjir.

"Bencana banjir yang melanda wilayah pantai utara Jawa, beberapa waktu lalu menyisakan kerugian sangat besar," kata Sharif Cicip Sutardjo. Data terakhir yang diperoleh KKP menyatakan terdapat total kerugian mencapai Rp 587 miliar. (Ant)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home