Lagi, Pasukan Perdamaian PBB di Afrika Lakukan Pelecehan Seksual
AFRIKA, SATUHARAPAN.COM – “PBB menyelidiki adanya dugaan eksploitasi dan pelecehan seksual oleh pasukan penjaga perdamaian di Republik Afrika Tengah (CAR),” kata pejabat PBB, hari Selasa (5/1).
Mereka sedang melakukan persiapan untuk memerangi momok itu.
"Baret atau helm biru yang anda pakai merupakan harapan bagi penduduk yang sedang terancam,” kata Sekretaris Jenderal, Ban Ki-moon. Dia akan membuat langkah-langkah baru untuk membantu mengidentifikasi pelaku dan mencegah kasus baru.
Dugaan terbaru ini muncul di beberapa tahun terakhir.
Onanga Anyanga, Kepala Misi Parfait, bertemu Ban Ki-moon di Ibu Kota Bangui bersama anggota militer dan polisi PBB CAR (MINUSCA) yang dipimpinnya. Dia menekankan bahwa tidak akan ada ampun bagi pelaku atau kaki tangan kejahatan yang menodai bendera PBB, identitas penjaga perdamaian, dan kehormatan negara.
Pertemuan itu meninjau rekomendasi dari panel independen yang menemukan bahwa PBB tidak bertindak cepat atas kebutuhan yang diperlukan ketika menemukan informasi tentang kejahatan yang dilakukan terhadap anak-anak oleh tentara yang tidak berada di bawah komando PBB.
Pada musim semi 2014, ada tuduhan yang terungkap bahwa pasukan internasional yang berfungsi sebagai pasukan penjaga perdamaian telah melakukan pelecehan seksual kepada sejumlah anak-anak. Diduga sebagian besar pelaku dari pasukan militer Prancis yang dikenal sebagai Sangaris, beroperasi di bawah otorisasi Dewan Keamanan tetapi tidak di bawah komando PBB.
Onanga Anyanga menekankan bahwa semua personil unit internasional akan bertanggung jawab dengan menghukum dan mendisiplinkan pelaku dengan standar tertinggi. "Tidak ada tempat di penjaga perdamaian PBB bagi mereka yang mengkhianati kepercayaan rakyat," katanya.
Dia mengumumkan dalam diskusi dengan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) akan melaksanakan aksi bersama sebagai bagian dari penguatan kemampuan MINUSCA dalam memerangi eksploitasi dan pelecehan seksual.
Langkah-langkah lain termasuk pembentukan brigade gabungan polisi untuk mengidentifikasi pelaku eksploitasi dan pelecehan seksual dan mencegah terjadinya kasus baru. Dia menggarisbawahi kebutuhan untuk melakukan patroli di pengungsian yang bekerja sama dengan pasukan CAR.
Misi itu terus menyelidiki setiap dugaan pelanggaran dan pencarian fakta-fakta.
"Seluruh keluarga PBB bekerja sama dalam menangani kasus eksploitasi dan pelecehan seksual dalam konteks yang lebih luas dari menegakkan standar hukuman dan disiplin tertinggi bagi pelaku," kata MINUSCA.
Selama seminggu terakhir, staf UNICEF (dana anak-anak PBB) dari kantor di Bangui telah melakukan empat kali kunjungan untuk bertemu dengan empat anak di bawah umur yang diduga menjadi korban. UNICEF bekerja sama dengan mitra lokal untuk membantu anak-anak agar menerima perawatan medis serta menilai kebutuhan psikososial mereka. Gadis-gadis itu juga diberikan pakaian, sepatu, dan perlengkapan kebersihan,"tambahnya.
MINUSCA dibentuk pada tahun 2014 setelah pertempuran antara kelompok AntiBalaka yang meletus pada awal 2013 sehingga menewaskan ribuan orang dan menghanguskan ratusan ribu lebih rumah penduduk. MINUSCA telah memainkan peran utama dalam memberikan keamanan bulan lalu dalam putaran pertama pemilihan presiden dan legislatif. (un.org)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...