Menjaga Kepercayaan
Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
SATUHARAPAN.COM – Keseruan menonton film laga ”Solo: A Star Wars Story”, yang belum lama ini tayang di bioskop, membuat saya kagum pada karakter seorang pemuda petualang yang berperan sebagai Han Solo. Pemicu perhatian saya bersumber pada pemikiran rekannya sesama petualang Tobias Beckett yang seolah menjadi mentornya. Beckett mengingatkan dengan sungguh-sungguh kepada Han untuk tidak memercayai siapa pun juga, termasuk Qi’ra kekasihnya. Omongan Beckett memang akhirnya dia buktikan sendiri dengan berkhianat mencuri Coaxium yang sebelumnya mereka perjuangkan bersama.
Saya tidak bermaksud membuat sinopsis film ini. Tetapi, film ini membuat saya merenung lebih jauh, apa yang sebenarnya membuat seseorang bisa dipercaya. Anda mungkin akan memikirkan hal yang sama ketika berkesempatan menonton film tersebut. Mungkin kita bisa menebak maksud Sang Sutradara membuat Han begitu percaya kepada Chewbacca yang hampir saja membunuhnya. Bisa jadi karena Chewbacca sudah melihat ketulusan hati dan maksud baik Han. Begitu juga Han terlihat sangat yakin semuanya akan baik-baik saja ketika kekasihnya Qi’ra serius menyerangnya. Mungkin Han yakin bahwa Qi’ra sudah sangat mengenalnya, tentu itu sudah terbukti lama sejak mereka menjalin hubungan.
Belajar dari kisah di atas, seolah kita bisa menyimpulkan bahwa kepercayaan kepada seseorang perlu pembuktian awal. Dalam dunia nyata, umumnya tidak mudah bagi kita untuk percaya dengan orang yang baru kita kenal. Dalam dunia kerja, seseorang akan dipercaya ketika dia bisa memberikan bukti kinerja yang nyata. Ada angka dan fakta yang harus kita tunjukkan kepada atasan atau mitra bisnis kita agar mereka yakin. Tidak hanya itu, kepercayaan ternyata harus dijaga konsisten dengan integritas.
Tidak bisa dimungkiri, apa pun profesi kita sekarang ini sebenarnya hanyalah sebuah kepercayaan. Kita masih bisa praktik sebagai dokter karena masih dipercaya oleh pasien. Sebagai seorang guru kita masih bisa mengajar karena masih dipercaya pihak sekolah dan orang tua/murid. Kita masih bisa membuat suatu barang bahkan berdagang karena produk kita masih dipercaya konsumen. Dalam hubungan lingkup keluarga pun, kita ada karena dukungan kepercayaan dari sesama anggota keluarga.
Mumpung masih dipercaya pihak lain, mari kita kembali berkomitmen menjaga kepercayaan yang sudah diberikan. Sebab sekali kepercayaan itu hilang, semua upaya yang selama ini kita bangun hilang seketika. Seperti pepatah ”Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.”
Editor: Yoel M. Indrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Rubrik ini didukung oleh PT Petrafon (www.petrafon.com)
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...