Tetaplah Ingat dan Kuduskanlah Sabat
Jadikanlah Hari Minggu sebagai puncak syukur karena kita telah bekerja bersama Tuhan pada hari-hari sebelumnya.
SATUHARAPAN.COM – ”Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu” (Ul. 5:12). Demikianlah Musa mengingatkan umat Israel sebelum kematiannya. Menarik disimak, ungkapan yang dipakai Musa: ”tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat”.
Kata ”tetaplah” mengandaikan bahwa apa yang diperintahkan Tuhan itu bisa jadi akan menjadi prioritas ke sekian. Karena itu Musa menegaskan umat Israel untuk tetap mengingat dan menguduskan Sabat.
Dan memang itulah yang sering terjadi bukan? Menumpuknya pekerjaan membuat manusia merasa Tuhan pasti maklum kalau mereka tetap bekerja pada Hari Sabat. Padahal, penumpukkan pekerjaan biasanya dipicu oleh ketidakmampuan dalam pengaturan waktu.
Menurut Marie von Ebner-EschenBach, ”yang melelahkan adalah pekerjaan yang kita abaikan, bukan yang kita lakukan.” Ya, ketika kerja diabaikan, maka yang terjadi adalah penumpukkan, yang bermuara pada penggerusan makna Sabat.
Perintah mengenai Sabat semestinya mendorong manusia untuk tetap fokus dan serius dengan kerjanya, yang akan membuat mereka fokus dan serius dengan Sabatnya. Manusia dipanggil untuk menghasilkan karya berkualitas sebagaimana Allah.
Perhatikan catatan penulis Kitab Kejadian, bak refrein, atas semua karya Allah: ”Allah melihat bahwa semuanya itu baik”. Dengan kata lain, manusia mesti belajar bekerja secara baik, sehingga mampu merayakan Sabat dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, Sabat tidak mungkin dirayakan karena hati dan pikiran manusia melekat pada pekerjaannya. Dengan kata lain, baik Hari Kerja maupun Hari Sabat adalah anugerah. Keduanya dikaruniakan Allah untuk manusia.
Sejak kebangkitan Yesus Kristus, para pengikut-Nya dengan sadar merayakan Sabat pada hari Minggu. Kata ”minggu” berasal dari bahasa Portugis dominggus ’Hari Tuhan’. Pada Hari Minggu orang Kristen mengingat dan merayakan Paskah. Dan serentak dengan itu, orang Kristen juga mengingat dan mensyukuri apa yang telah dilakukan Tuhan pada Minggu Sengsara—kisah sengsara dan kematian-Nya. Merayakan Hari Minggu berarti kita juga merayakan penyelamatan Allah atas manusia!
Selain itu, baiklah kita juga menjadikan Hari Minggu sebagai puncak syukur karena kita telah bekerja bersama Tuhan pada hari-hari sebelumnya.
Nah, Selamat Hari Minggu!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor: Yoel M. Indrasmoro
Rubrik ini didukung oleh PT Petrafon (www.petrafon.com)
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...