Monyet Ekor Panjang, si Pengamen Jalanan
SATUHARAPAN.COM - Monyet ini memiliki ekor yang panjangnya hampir sama dengan panjang tubuhnya (diukur dari kepala hingga ujung tubuh), yaitu antara 38,5 - 65 centimeter. Berat tubuh jantan dewasa sampai 8,3 kilogram, sedangkan berat rata-rata dewasa tiga kilogram. Warna bulunya bervariasi dari abu-abu hingga kecoklatan dengan bagian ventral berwarna putih. Anak yang baru lahir berwarna kehitaman. Masa kehamilan antara 153-179 hari, dan umumnya melahirkan satu ekor anak. Di tempat pemeliharaan monyet ini bisa hidup sampai usia 15 tahun.
Monyet ini mempunyai persebaran di Indonesia, Thailand, Malaysia, Pilipina, Kamboja dan Vietnam. Di Indonesia dijumpai subjenis Macaca fascicularis fascicularis di Thailand, Vietnam Kamboja, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Timor. Macaca fascicularis fusca ditemukan di Pulau Simaleu, Sumatra, Macaca Fascicularis karimondjawae di Pulau Karimunjawa, Jawa Tengah, dan Macaca fascicularis lasiae di Pulau Lasia.
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) ini banyak dipelihara, karena sering digunakan untuk percobaan biomedis. Banyak pula dijadikan hewan pertunjukan, seperti pengamen topeng monyet yang banyak dijumpai berkeliling ke kampung-kampung atau di di pinggir jalan.
Habitat untuk monyet jenis ini adalah hutan primer dan hutan sekunder dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Pada dataran tinggi monyet ini biasanya dijumpai di daerah hutan sekunder dan daerah-daerah yang berdekatan dengan perkebunan penduduk. Dalam memilih pohon untuk tidur, monyet ini lebih menyukai pohon yang tumbuh di sekitar sungai.
Monyet ini termasuk memakan segala (omnivora), namun komposisinya lebih banyak buah-buahan, selain bunga, daun muda, biji, dan umbi. Monyet yang hidup di rawa-rawa kadang-kadang turun ke air untuk mencari serangga, sedangkan yang di daerah pesisir dan hutan bakau sering dijumpai memakan kepiting atau jenis moluska lainnya, sehingga sering disebut crabs eating macaque.
Hidupnya berkelompok terdiri dari banyak jantan dewasa, anggota kelompok bervariasi antara 10 hingga 50 ekor. Aktifitasnya terutama pada siang hari, dan sebagian besar waktunya di pohon-pohon. Biasanya binatang ini bergerak menggunakan keempat kakinya (quadropedal), dan pada umumnya bisa memanjat dan meloncat, bahkan bisa berenang dengan baik. Daerah jelajahnya antara 10-80 hektare di hutan primer, atau sampai 125 hektare di hutan sekunder.
Binatang ini hingga kini belum dilindungi dengan undang-undang dan risiko kepunahannya masih rendah. Namun karena tekanan terhadap hutan yang menjadi habitatnya akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya, termasuk perburuan untuk keperluan percobaan biomedis.
(LIPI)
Susu Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa konsumsi susu yang tidak...