Oposisi Suriah Tolak Berunding Lagi Jika Tidak Ada Kemajuan
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Delegasi oposisi Suriah di Jenewa untuk perundingan damai putaran kedua, Senin (10/2), memperingatkan bahwa mereka tidak akan kembali dalam putaran ketiga jika tidak ada kemajuan.
"Jika tidak ada kemajuan sama sekali, saya pikir itu akan membuang-buang waktu untuk berpikir tentang putaran ketiga,” kata juru bicara oposisi, Louay Safi, kepada wartawan Senin malam.
Dia mengatakan delegasi itu membahas isu dengan mediator Wakil Khusus PBB dan Liga Arab, Lahkdar Brahimi, Senin pagi, seiring dimulainya putaran kedua perundingan.
Selama ada secercah harapan bahwa perundingan dapat bergerak maju, "kami tidak akan melarikan diri. Kami tidak akan berhenti," kata dia, seraya menambahkan bahwa jika tidak ada kemajuan "mari kita tidak berpura-pura kita melakukan sesuatu."
Dalam hal ini, akan menjadi "lebih jujur dengan berkata kami telah gagal," kata dia. Namun dia mengakui satu-satunya alternatif adalah untuk terus berjuang melalui perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 136 ribu jiwa dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka .
Sesi Bersama
Komentar Safi itu diberikan setelah perundingan hari pertama yang alot, dengan Brahimi bertemu secara terpisah dengan tim pemerintah dan oposisi. Proses memisahkan mereka pada awalnya mungkin membantu mencapai lebih banyak kemajuan daripada putaran pertama bulan lalu yang hampir sia-sia.
Pihak Suriah dijadwalkan untuk duduk bersama dalam perundingan pada hari Selasa, kata kedua belah pihak. "Besok, pukul 10 pagi waktu setempat, akan ada sesi bersama," kata Badr Jamous , sekretaris jenderal Dewan Nasional oposisi dan anggota delegasi.
"Kami siap untuk menghadapi rezim kapan saja dan di mana saja," katanya. Sebuah sumber di delegasi rezim Presiden Bashar Al-Assad menegaskan bahwa akan ada pertemuan bersama pada hari Selasa.
Saling Menyalahkan
Meskipun membawa pihak-pihak yang terlibat kembali di meja yang sama dapat dilihat sebagai langkah ke arah yang benar, tidak ada tanda-tanda bahwa putaran saat ini, yang diperkirakan akan berlangsung hingga Jumat, akan membuat kemajuan untuk mengakhiri pertumpahan darah.
Kedua belah pihak menghabiskan hari tersebut dengan saling menyalahkan atas peningkatan aksi kekerasan di lapangan, dan tidak ada pihak yang tampaknya siap untuk mengalah sedikitpun dari posisi mereka.
Perundingan tampaknya menemui buntu, dan Rusia pada hari Senin mengusulkan bahwa Moskow dan Washington akan mengadakan pertemuan kolektif dengan PBB dan kedua belah pihak untuk mencoba mendorong kemajuan.
Amerika Serikat yang mendukung oposisi, dan Rusia sebagai sekutu utama Suriah, memulai apa yang disebut pembicaraan Jenewa II dan mendorong selama delapan bulan untuk membawa kedua belah pihak ke meja perundingan.
Safi pada hari Senin mengatakan bahwa sekalipun oposisi "sangat kecewa" atas dukungan Rusia bagi rezim Bashar Al-Assad, akan mendukung perundingan bersama.
"Jika ini adalah apa yang diperlukan untuk membuat rezim menegosiasikan solusi politik, maka kami menyambut itu," kata dia.
Pihak oposisi menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri perang saudara hampir tiga tahun adalah dengan mewujudkan sebuah pemerintahan transisi tanpa Bashar Al-Assad.
Namun pemerintah Suriah menegaskan bahwa masa depan presiden tidak menjadi materi negosiasi. Sebaliknya, rezim menegaskan pembicaraan harus fokus pada menghentikan kekerasan dan "terorisme." Istilah itu digunakan pada pemberontakan, yang dikatakan telah dipicu oleh para pelaku jihad dan uang asing. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...