Orang Kristen Irak Jadi Target ISIS
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Negara Islam Irak dan Suriah (Islam State of Iraq and Syam / ISIS) telah membunuh, menculik, dan mengancam warga penganut agama dan etnis minoritas di kota Mosul, Irak bagian utara.
Sejak menguasai kota Mosul pada tanggal 10 Juni 2014, kelompok garis keras Islam Sunni bersenjata ini telah menahan sedikitnya 200 orang Turkmen, Shabaks, dan Yazidi, dan membunuh sedikitnya 11 dari mereka. ISIS juga memerintahkan semua orang Kristen pindah keyakinan menjadi Muslim, membayar pajak atau meninggalkan Mosul pada hari Sabtu (19/7).
Hal itu disampaikan pegiat hak sasi manusia, Human Right Watch (HRW) hari Sabtu (19/7), dan menyebutkan sejumlah kejahatan yang dilakukan oleh ISIS di Irak.
Menandai Rumah
HRW menyebutkan bahwa mulai 14 Juli ISIS menandai rumah milik orang Kristen dengan huruf “N” (singkatan Nasrani) dan ungkapan yang berarti “Milik Negara Islam”, seperti disampaikan dua otoritas Kristen setempat kepada HRW.
Dalam beberapa kasus ISIS mengambil alih rumah mereka. Sebuah situs Kristen memposting foto dimana milisi ISIS menandai rumah milik orang Syiah Turkmen dan Shabak dengan huruf "R" singkatanRafidah, kata mereka. ISIS juga memaksa pedagang Kristen setempat untuk membayar "pajak jihad" jika tetap tinggal di Mosul.
ISIS memerintahkan orang Kristen untuk menghadiri pertemuan dengan mereka pada 16 Juli lalu di Mosul untuk membahas "status" orang-orang Kristen, tetapi orang Kristen menolak, pemimpin partai Asyur di kota itu mengatakan kepada HRW.
Hari berikutnya, ISIS mengedarkan keputusan di Mosul untuk tiga pilihan bagi orang Kristen yang tinggal di kota yang mereka sebut sebagai "Khilafah Niniwe" (nama yang digunakan ISIS untuk Mosul). Pilihan itu adalah masuk Islam, membayar "jizia," pajak khusus yang dibayar oleh non-Muslim untuk negara Islam, atau meninggalkan Mosul pada Sabtu (19/7) siang.
Jika orang Kristen tidak mematuhi, "maka tidak ada yang diberikan kepada mereka kecuali pedang," kata dekrit itu yang juga diposting oleh orang Kristen lokal pada situs Web Kristen. Keputusan itu ditandai dengan logo hitam ISIS dan menyebutkan tanggal pengusiran, serta ditetapkan oleh "Khalifah Ibrahim" yang merujuk pada Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin yang memproklamirkan diri sebagai pimpinan ISIS.
Pajak Jihad
Pada hari Kamis dan Jumat (17-18/7), beberapa orang Kristen melarikan diri Mosul dan melaporkan bahwa ISIS mencuri emas, perhiasan, atau barang berharga lainnya milik mereka di pos pemeriksaan.
HRW menyebutkan bahwa jauh sebelum ISIS mengambil kekuasaan di Mosul, ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis Sunni lainnya juga memungut pajak bisnis termasuk kepada warga Sunni, Syiah, Yazidi, dan Kristen. Imam setempat dan pejabat pemerintah mengatakan perpajakan yang baru itu secara khusus menargetkan orang-orang Kristen.
Seorang pedagang Kristen kepada HRW menceritakan bahwa dua orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai dari "Negara Islam" datang ke toko telepon seluler miliknya pada 14 Juli dan mengatakan bahwa dia harus membayar sebesdar US$ 200 sampai US$ 250 per bulan agar bisatetap membuka tokonya. “Karena tidak percaya, pedagang itu mengatakan dia awalnya mencoba untuk berdebat dengan dua orang, meskipun salah satu dari mereka bersenjata.
“Saya mengatakan kepada mereka, "Saya sudah memiliki izin untuk menjalankan toko ini." Mereka berkata, "izin Anda berakhir. Itu izin Maliki." Salah satu dari mereka memegang tangan saya dan berkata, "Lakukan saran saya, membayar pajak atau tidak membuka toko Anda setelah hari ini.”
“Saya mengatakan kepada mereka,"Oke, biarkan aku mengecek pada ayah saya. Hari itu saya mengambil semua ponsel dan aksesoris dari toko dan meninggalkan kota.”
Menculik
Pada tanggal 29 Juni, ISIS menculik dua biarawati yang berusia 40 dan 60 tahun, tiga anak yatim Kristen, termasuk seorang anak umur12 tahun, dan dua perempuan sekitar 20 tahun. Tiga pemuka agama Kristen dan dua kenalan dari biarawati mengatakan kepada HRW, namun ISIS membebaskan mereka pada 14 Juli.
Seorang imam Katolik setempat mengatakan kepada HRW bahwa ISIS menahan biarawati dan anak yatim ketika mereka membeli bensin di Mosul. Dia mengatakan para biarawati dan anak yatim hendak pergi ke Talkaif, sebuah kota berjarak delapan kilometer timur laut dari kota yang mel;indungi kaum Kristen dan minoritas lainnya sejak pengambilalihan ISIS.
Imam itu mengatakan bahwa biarawati itu dari panti asuhan Gereja Maskanta Chaldean di Mosul. Dia ditelepon ketika pejuang ISIS menculiknya dari s lingkungan di al-Sa`a.
“Dia membeli bahan bakar di sebuah pompa bensin. Dia sedang berbicara di telepon dengan seorang suster lain dan menceritakan, "Orang-orang di sini mengatakan apa yang disebut revolusioner (merujuk pada kelompok Sunni bersenjata di Mosul) yang melarikan diri." Begitu dia mengatakan bahwa telepon terputus. Kami kemudian mendengar bahwa teroris itu membawa mereka pada saat itu,” kata dia menceritakan.
Pada 29 Juni, hari ketika para biarawati dan anak yatim diculik, ISIS merampas properti milik Keuskupan Agung Katolik Chaldean, di Mosul, Irak. Emil Shimoun Nona, Uskup Agung Chaldean dari Mosul, mengatakan kepada HRW bahwa ISIS juga menduduki Gereja Mosul di St Efrem.
Menghapus Kelompok Minoritas
Dia mengatakan, “Empat mobil datang. Setiap mobil membawa tiga orang bersenjata, sebagian besar dengan masker. Mereka mendobrak pintu dan mengambil beberapa patung kecil dari dalam properti… Mereka mengambil alih tempat dan mereka menempatkan spanduk hitam di atap dan pintu masuk. Mereka mengatakan kepada tetangga, "Ini adalah milik kami, jangan menyentuhnya."
ISIS juga menghancurkan patung Perawan Maria di gereja al-Tahira di dekat masjid Imam Mohsen, salah satu masjid yang digunakan ISIS untuk upacara "pertobatan" masuk Muslim. Satu sumber masyarakat sipil mengatakan kepada HRW bahwa salah satu patung itu dari lima simbol warisan budaya dan agama di Mosul yang yang dirusak ISIS.
Para militan ISIS juga menghancurkan sebuah kuburan Islam yang dikenal sebagai Makam Gadis (Qabr al-Bint), di mana perempuan berdoa untuk meminta kesuburan. ISIS menggulingkan patung Abu Tammam, seorang penyair abad ke-9 yang pindah agama dari Kristen ke Islam, menhancurkan bagian dari makam Ibn al-Baytar, seorang filsuf Arab abad ke-12, dan menghancurkan patung Othman al-Mousuli, komposer abad ke-19.
Warga Turkmen dan Shabaks puluhan ribu keluarga, telah meninggalkan komunitas mereka di dekat Mosul akibat serangan ISIS yang menangkap kaum pria dan menjarah isi rumah, tempat-tempat ibadah. Beberapa keluarga Kristen yang tersisa di Mosul juga telah melarikan diri, kata imam setempat.
"ISIS harus segera menghentikan kampanye setan terhadap minoritas di Mosul dan sekitarnya," kata Sarah Leah Whitson, Direktur HRW Timur Tengah. HRW juga menyebutkan bahwa ISIS telah banyak membunuh tahanan, dan berusaha menghabisi semua kelompok minoritas di sana.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...