Pakar Media: Pelanggaran HAM Papua Harus Jadi Cerita Global
SUVA, SATUHARAPAN.COM - Pada saat Jakarta diramaikan dengan perhelatan simposium nasional yang membicarakan tragedi 1965, di belahan lain di kawasan Pasifik, dibicarakan pula pelanggaran HAM yang tak kalah besarnya, yaitu pelanggaran HAM di Papua.
Sebuah forum yang dihadiri wartawan senior dan penggiat komunikasi di Suva, Fiji, diisi dengan salah satu pembicara yang mengatakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terbesar di Pasifik adalah pelanggaran HAM di Papua. Ini merupakan isu besar dan media harus menjadikannya sebagai kisah global.
Ini merupakan inti pesan yang disampaikan oleh Profesor David Robie, jurnalis, penulis dan direktur Pacific Media Center Auckland University of Technology, ketika berbicara di hadapan wartawan Fiji Times, sebagaimana dilaporkan oleh asiapacificreport.nz, hari ini (20/4). Pada kesempatan itu, ia berbicara tentang bagaimana sebaiknya wartawan di Pasifik menangani isu Papua.
"Bagi saya, masalah HAM terbesar dan paling mengejutkan di Pasifik adalah isu Papua. Ini harus menjadi cerita global," kata dia.
"dari sudut pandang jurnalis, isu Papua adalah isu HAM," tambah dia.
Ia mengatakan menyuarakan yang tidak bersuara dan memperjuangkan hak-hak semua manusia pada dasarnya adalah mengatakan kebenaran. Dengan cara itu pula, menurut dia, wartawan di Fiji dan Pasifik pada umumnya, mendekati permasalahan pelanggaran HAM di Papua.
Wartawan, tambah dia, mempunyai tanggung jawab besar untuk melakukan peliputan secara luas dan sesering mungkin tentang isu Papua.
"(Rakyat Papua) itu (warga) Pasifik. Mereka tidak boleh hilang dari pandangan. Itulah salah satu alasan mengapa media di Pasifik harus mengikuti pentingnya perjuangan dan bagaimana pentingnya mereka bagi Pasifik," kata dia.
Di bagian lain pembicaraannya, ia mengatakan banyaknya cerita yang tidak terungkap di Papua sangat berkaitan dengan ketidakpedulian wartawan dan para redaktur sedemikian lama.
"Masalahnya adalah semua kembali ke wartawan dan pengungkapan hal yang sebenarnya. Jika kebenaran tidak diberitahukan, bagaimana orang bisa menanggapinya?," tanya dia.
"Untuk beberapa alasan banyak media acuh tak acuh, mereka tidak benar-benar menyadari bahwa ini adalah berita besar," kata dia.
Robie adalah tamu utama pada Media Forum Hak Asasi Manusia yang dihadiri oleh sejumlah wartawan senior dan petugas komunikasi pemerintah dari 13 negara Pasifik, pekan lalu.
Didukung oleh Pemerintah Australia dan Uni Eropa, forum ini menegaskan kembali peran penting media dalam menyoroti isu-isu hak asasi manusia dan pentingnya pelaporan berita dengan pendekatan berbasis hak asasi manusia.
Robie mengatakan selama dua tahun terakhir telah terjadi perubahan dramatis, yaitu tumbuhnya kesadaran akan penderitaan rakyat Papua. Hal ini tidak terlepas dari peran media sosial, platform yang memungkinkan rakyat Papua menceritakan kisah mereka sendiri, meskipun ada pembatasan terhadap masuknya wartawan asing ke Papua.
Lembaga-lembaga advokasi HAM memiliki perkiraan yang berbeda dalam hal jumlah penduduk asli Papua yang tewas sejak integrasi Papua ke dalam wilayah Indonesia pada 1962. Laporan akademik universitas Sydney menyatakan ada 100.000 kematian yang diperkirakan dalam “Pembunuhan massal secara rahasia”.
Forum ini diselenggarakan oleh the Regional Rights Resource Team (RRRT) of the Pacific Community (SPC) bekerja sama dengan Pacific Media Assistance Scheme (PACMAS), the Pacific Islands News Association (PINA) dan the University of the South Pacific (USP) Journalism Programme.(kav)
Editor : Eben E. Siadari
Baca Juga:
- Gereja Katolik Minta PBB Investigasi Pelanggaran HAM Papua
- Sejumlah Negara Hadiri Pertemuan Pembebasan Papua di London
- Aktivis Papua Pilih Sosialisme dan Tinggalkan Gereja
- Mahasiswa Papua di Australia Nekad Suarakan Aspirasi Merdeka
- Pakar Media: Pelanggaran HAM Papua Harus Jadi Cerita Global
- Dukung ULMWP Anggota Penuh, Vanuatu Minta RI Didepak dari MSG
- Seperti Papua, Pulau-pulau Ini Juga Ingin Merdeka
- Perempuan Katolik Papua Minta Paus Fransiskus Kunjungi Papua
- 20 Uskup Negara-negara Melanesia Turun ke Papua, Ada Apa?
- LIPI: Gerakan Pro Kemerdekaan Papua Semakin Solid
- LIPI Desak Jokowi Segera Umumkan Dialog Nasional dengan Papua
- Pendeta Papua: Pemerintah Jangan Larang Gereja Bicara Referendum
- Pasca Kunjungan Luhut, ULMWP Gencarikan Internasionalisasi Isu Papua
- Komisi HAM Asia Kutuk Penangkapan Aktivis Papua Penyeru Referendum
- WP Arriors Tanding di AS Suarakan Pelanggaran HAM di Papua
- Lujut Pandjaitan: Buat Apa Berunding dengan ULMWP?
- Tokoh Papua: Bila Pak Luhut Niat Baik Tuhan Memberkati
- Luhut Tolak Tim Pencari Fakta Pelanggaran HAM untuk Papua
- Luhut: Saya Ingin Orang Papua Tuan di Tanahnya Sendiri
- Karya Tulis tentang Papua Merdeka Raih Penghargaan di California
- ULMWP Tolak Usul Luhut Kirim Utusan Khusus ke Pasifik Selatan
- Ziarah Luhut ke Makam Theys Bertabur Puji dan Caci
- Gereja-gereja Pasifik Kritisi Kunjungan Luhut ke Fiji
- Tokoh Papua: Kunjungan Luhut Sia-sia Tanpa Dialog dengan ULMWP
- Papua Termasuk 60 Bangsa di Dunia yang Perjuangkan Kemerdekaan
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...