Pameran Enamel "Indie" di BBY
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dengan membunyikan gramofon (gramophone), kolektor barang lawasan Subiyanto membuka pameran enamel bertajuk "Indie" di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa (15/5) malam. Pameran tersebut merupakan rangkaian pameran Seri Lawasan yang secara berkala dihelat oleh Bentara Budaya Yogyakarta sejak berdiri tahun 1982.
Pameran memajang koleksi barang lawasan koleksi Subiyanto yang diproduksi pada rentang tahun 1930-1940 berupa papan iklan/reklame maupun perabotan sehari-hari dengan sentuhan akhir pengecatan berupa cat bakar atau biasa dikenal dengan nama enamel. Sebelumnya pada bulan Februari koleksi Subiyanto yang bertalian dengan tradisi dan budaya dipamerkan di BBY dengan tajuk "Baju Barat".
Di antara ribuan benda-benda antik yang bertebaran di seantero galeri ataupun art shop antik yang ada di Indonesia, iklan enamel menempati posisi yang cukup penting. Hal ini dikarenakan iklan enamel ini dibuat terbatas dengan teknik pembakaran cat oven atau semacam glasuur yang dilekatkan pada sebidang plat besi baja setebal 1 sampai 2 mm, bahkan ada yang lebih tebal. Ukurannya pun cukup bervariasi, yang paling kecil sekitar 8 cm x 15 cm dan yang besar berukuran 120 cm x 240 cm dengan pewarnaan yang bervariasi.
Enamel atau lebih dikenal dengan porselen enamel adalah bahan yang terbuat dari paduan kaca (silica). Pada awal perkembangannya, istilah ‘enamel’ adalah suatu teknik dekorasi advertising yang meleburkan (to smelt) paduan bubuk kaca di atas lempengan besi-baja bermutu tinggi pada sebuah oven dengan temperatur tinggi. Bubuk tersebut kemudian mengurai hingga menyatu dan menjadi keras.
Dalam sambutannya budayawan Sindhunata menjelaskan bagaimana realitas medium iklan pada masa Hindia Belanda menjadi bagian hidup perjalanan bangsa Indonesia.
"Kita pernah hidup pada jaman Nederlands(ch) Indie (Hindia Belanda) dimana semua tata hidup termasuk peradagangan dan periklanan ada dalam konteks Nedherlands(ch) Indie. Dengan menampilkan karya koleksi ini untuk memunculkan kesadaran sejarah (yang pernah dijalani bangsa Indonesia). Pameran kali ini bukan peristiwa politik atau pencerahan intelektual, namun menampilkan suatu kehidupan yang sangat biasa dalam kehidupan sehari-hari. (Koleksi lawasan) Iklan-iklan ini tiba-tiba berbicara mengenai itu semua." jelas Sindhunata dalam sambutan pembukaan pameran.
Pembacaan pada koleksi benda-benda lawasan pada masa Hindia-Belanda yang memanfaatkan cat enamel menjadi menarik karena jumlahnya sangat terbatas. Beruntung Subiyanto sudah sejak lama rajin mengoleksi dan merawatnya sehingga masyarakat umum masih bisa melihak artefak iklan pada masa itu. Koleksi iklan enamel memiliki bahan yang cukup kuat dan bertahan lama jika dirawat dan dibersihkan terus, iklan enamel ini bisa bertahan cukup lama hingga ratusan tahun. Iklan-iklan lainnya yang terbuat dari kayu atau kertas sudah pudar dan rontok catnya dalam seratus tahun, iklan enamel ini masih seperti baru, meskipun diproduksi pada rentang tahun 1900 sampai 1940-an karena menggunakan cat enamel.
Dalam pameran enamel "Indie" ditampilkan iklan-iklan enamel buatan zaman Belanda sebelum Perang Dunia II (PD II) meletus. Setelah PD II iklan-iklan enamel sudah jarang diproduksi karena sebagian besar pabrik pembuatan iklan terkena bom dan rusak. Selain itu pertimbangan biaya (produksi dan pengiriman) yang cukup mahal dari negara-negara Eropa seperti Belanda, Inggris, dan Prancis, dikirim ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut, yang berarti membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai di Indonesia.
Selain untuk iklan pada masa itu, enamel juga diaplikasikan pada perabotan sehari-hari pada piring, cangkir blirik, sendok, nampan, kalender, pemanas listrik untuk membuat teh/kopi/roti, kompor minyak.
Iklan enamel merupakan pencitraan dunia dagang Indonesia di masa Hindia-Belanda, di mana toko-toko ataupun agen-agen dagang di Indonesia memasang iklan enamel ini untuk promosi perdagangan waktu itu.
Pameran enamel "Indie" akan berlangsung sampai tanggal 22 Mei 2018 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta.
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...