Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 10:30 WIB | Selasa, 15 Mei 2018

Sosialisasi Jogja International Miniprint Biennale: “Messages From The Matrix"

Sosialisasi Jogja International Miniprint Biennale: “Messages From The Matrix"
Ilustrasi. Poster Jogja International Miniprint Biennale (JIMB) #3, 10 - 25 November 2018. (Foto: JIMB)
Sosialisasi Jogja International Miniprint Biennale: “Messages From The Matrix"
Sosialisasi tema Jogja International Miniprint Biennale (JIMB) #3 di MP art space II Jalan Suryodiningratan MJ. II/853, Mantrijeron, Yogyakarta, Selasa (1/5) sore. Dari kiri-kanan: Edi Sunaryo (dosen Seni Rupa ISI-Yogyakarta), Oei Hong Djien (baju batik), Syahrizal Pahlevi, Deni Rahman. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bersama kolektor benda seni Oei Hong Djien (OHD), dosen jurusan Seni Rupa ISI Yogyakarta Edi Sunaryo dan Direktur Jogja International Miniprint Biennale (JIMB) Syahrizal Pahlevi, juri JIMB #3 2018 Deni Rahman memaparkan tema JIMB #3 yang mengangkat tajuk "Messages From The Matrix" di Miracle Prints, Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta, Selasa (1/5) sore.

Deni Rahman dalam penjelasannya mengatakan tema yang ada sedang dikerucutkan bersama kurator lain yakni Sudjud Dartanto dan Malcolm Smith.

"Yang akan menjadi highlight dari JIMB kali ini adalah bagaimana pegrafis mampu mengeksplorasi dalam hal penciptaan matriks (matrix). Dalam seni grafis dikenal matrik atau master yang digunakan dalam membuat karya. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, matriks dapat dibuat dengan cara dan teknik apa pun. Dengan bantuan berbagai teknologi sampai saat ini. Nantinya peserta ditantang untuk membuat karya dengan memberikan matrik dengan teknik apa pun, yang nantinya kembali pada konvensional seni grafis," kata Deni, saat menjelaskan tema JIMB #3.

Sementara itu Edi Sunaryo memberikan gambaran bagaimana perkembangan seni grafis di dalam negeri yang tidak begitu dilirik, sementara justru di luar negeri mendapatkan apresiasi yang cukup bagus. Meski demikian, Edi Sunaryo menjelaskan adanya fasilitasi dari Pemda DIY bisa membantu penyelenggaraan JIMB #3, yang pada awalnya sempat hampir di-vakum-kan setelah dua kali penyelenggaran tahun 2014 dan tahun 2016 karena masalah dana.

"Dana fasilitasi yang ada masih jauh dari kecukupan untuk penyelenggaraan JIMB #3. Setidaknya dengan bantuan dana (dari Pemda DIY) tersebut bisa untuk menutup keperluan pameran karya. Kekurangan yang ada hingga saat ini panitia masih terus mencarinya melalui donasi, pemasangan iklan ataupun sponsorhip," jelas direktur JIMB Syahrizal Pahlevi.

Harga karya, prestise karya, yang sebagian besar menggunakan medium kertas, maupun kapasitas acara, yang dianggap tidak sebanding dengan dampaknya, membuat funding/sponsor/rekanan tidak begitu tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pameran atau kompetisi seni grafis. Kelesuan tersebut berdampak pada perkembangan seni grafis di Yogyakarta maupun Indonesia bisa dikatakan jalan di tempat. Dalam hal ini bisa dibaca dari Kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya, yang sebagian besar pendanaan dibiayai oleh Kompas-Gramedia.

Menanggapi pemaparan yang ada, OHD memberikan pandangan yang berbeda. Seni grafis Indonesia khususnya Yogyakarta, harus segera berbenah dalam banyak hal agar bisa menghasilkan karya grafis yang bisa diperhitungkan di kancah internasional.

"Saya kira kalau berhenti itu keliru. Ini kok kayak minder ketika pada penyelenggaraan biennale kedua pemenangnya dari luar negeri semua. Pada waktu itu saya disodori karya pemenang JIMB #2 saya tidak mau (mengoleksinya)? Semua orang tahu museum OHD itu khusus mengoleksi karya seni rupa dari seniman Indonesia. Harus karya yang terbaik. Kalau karya terbaik (pemenang JIMB) dari seniman luar negeri, saya tidak bisa mengakuisisi. Mudah-mudahan pada JIMB kali ini pemenangnya dari Indonesia. Dengan begitu saya berpikir untuk mengakuisisi karya itu (agar menjadi koleksi museum OHD)," kata OHD dalam acara sosialisasi tema JIMB #3 di Miracle prints, Selasa (1/5) sore.

JIMB ketiga dengan nama "3rd Jogja International Miniprint Biennale" rencananya akan berlangsung pada tanggal 10 - 25 November 2018 dengan pameran karya bertempat di Museum Dan Tanah Liat (MDTL), Ds Kersan Rt. 5, Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul, Yogyakarta 55181. Kegiatan ini akan memamerkan sekitar 150 karya miniprint yang akan diseleksi oleh tiga orang juri yang kompeten. Dari karya finalis akan ditetapkan tiga karya terbaik, tiga karya nominasi dan satu karya pilihan yang akan mendapatkan hadiah uang, trofi dan sertifikat.

Informasi seputar 3rd Jogja International Miniprint Biennale selengkapnya bisa diakses pada laman www.jogjaminiprint.com.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home