Pasca Serangan Gereja di Niger, Perlu Rekonstruksi Hati dan Pikiran
NIGER, SATUHARAPAN.COM – Setelah serangan pada gereja-gereja di Nige menyusul protes dimuatnya kartun Nabi Muhammad di majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, diperlukan juga rekonstruksi hari dan pikiran, selain membangun kembali bangunan gereja yang hancur.
Uskup Agung Gereja Niger, Michel Cartateguy, dari Niamey mengatakan pada Catholic News Service, "Kita sekarang harus merekonstruksi hati dan pikiran yang sangat terluka oleh peristiwa ini dan memperbaharui hubungan persahabatan kita dengan komunitas Muslim."
Protes di Niger dimulai di kota Zinder pada 16 Januari, kemudian menyebar ke beberapa kota lain pada hari berikutnya, termasuk ibu kota, Niamey. Setidaknya 10 orang meninggal dalam serangan dan gereja-gereja dibakar, banyak yang hancur. World Watch Momitor menyebutkan 70 gereja rusak, meskipun polisi Niger melaporkan hanya 45.
Protes itu terkait penerbitan majalah Charlie Hebdo edisi pertama setelah serangan terhadap kantor itu di Paris pada 7 Januari, sepekan setelah penembakan. Sampul majalah itu menggambarkan Muhammad memegang tanda yang mengatakan "Semua dimaafkan".
Uskup agung itu mengatakan, dia mengira publikasi kartun hanyalah dalih terjadinya kerusuhan. Dia mengatakan anggota kelompok militan Islam Boko Haram, yang berbasis di Niger utara, "jelas membantu secara langsung" kekerasan di negara tetangga Nigeria ini.
Para pejabat Niger juga melaporkan kaitan Boko Haram, khususnya di Zinder. "Kami masih mencoba untuk memahami kekejaman yang meletus di sini, tapi (kerusuhan) itu sudah pasti disiapkan dan terorganisir," kata Cartateguy.
Uskup Agung memuji keberanian warga Muslim lain yang tidak berpartisipasi dalam kekerasan, bahkan melindungi warga Kristen dari kekerasan.
"Kita tahu beberapa Muslim lokal, termasuk pemuda, menunjukkan keberanian dan solidaritas dengan melindungi warga Kristen di rumah keluarga mereka. Beberapa juga berdiri di depan pintu gereja dan mengatakan para perusuh harus membunuh mereka juga," katanya.
Presiden Mahamadou Issoufou mengutuk kekerasan di negara yang mayoritas penduduknya Muslim. "Mereka yang menjarah rumah ibadah dan harta mereka, menganiaya dan membunuh warga Kristen atau orang asing , yang tidak mengerti tentang Islam," katanya.
Cartateguy mengatakan, "masih ada ketakutan besar" di Zindar dan di gerejanya masih menampung 100 warga Kristen dan pendeta dari kota itu yang perlu perlindungan.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...