Pasukan Uni Eropa Dibentuk Bukan untuk Tujuan Singkat

BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Pasukan Uni Eropa yang diusulkan Komisi Eropa tidak akan dibentuk hanya untuk tujuan  singkat.

“Anda tidak akan membentuk militer Eropa untuk menggunakannya dalam waktu singkat,” kata Komisi Kepala Komisi Eropa Jean Claude Juncker, pada Minggu (8/3) seperti tertuang di AFP.

Juncker menambahkan  pembentukan pasukan militer Uni Eropa dilakukan setelah ketegangan dengan Rusia meningkat. Juncker mengatakan pasukan tersebut bisa membantu menghadapi ancaman baru yang melewati perbatasan blok tersebut dan mempertahankan berbagai nilai Eropa. 

Terkait dengan perdamaian dan gencatan senjata Ukraina dan Rusia, banyak menteri negara-negara Uni Eropa yang menginginkan keberhasilan gencatan senjata terbaru seperti termaktub dalam Perjanjian Minsk II.

Salah satunya yakni Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan Uni Eropa “sangat realistis dengan perkembangan di Rusia.”

Kekhawatiran telah meningkat mengenai kemungkinan serangan separatis terhadap kota pelabuhan Ukraina, Mariupol, tempat pasukan dari kedua pihak mengambil posisi.

Juncker melanjutkan, penambahan pasukan militer akan mempertahankan nilai-nilai Uni Eropa, dan tidak sekadar saat perdamaian gencatan senjata saja.

 Dia mengatakan pasukan gabungan UE juga akan membuat pengeluaran yang lebih efisien dalam peralatan militer dan mendorong integrasi lebih jauh 28 negara anggota blok tersebut. 

Dalam kesempatan yang sama Anggota Parlemen Eropa untuk wilayah Eropa Timur, Geoffroy Van Orden  juru bicara partai pertahanan dan keamanan, mengatakan pengendalian militer tanpa henti ini harus dipandang sebagai kesempatan memperbesar diri.  

Van Orden mengatakan Juncker hidup dalam "dunia fantasi". "Jika bangsa kita menghadapi ancaman keamanan yang serius, yang akan kita ingin mengandalkan - NATO atau Uni Eropa? Pertanyaannya menjawab sendiri, "kata Van Orden.

(Ant/voaindonesia.com).

Editor : Eben Ezer Siadari