PBB: 1.500 Yazidi dan Kristen Dijadikan Budak Seks oleh NIIS
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Pejabat senior Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan bahwa sekitar 1.500 perempuan dari Yazidi dan Kristen dijadikan budak seks oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) di daerah yang mereka kuasai di Irak bagian utara.
Dua pejabat senior PBB mengutuk keras "tindakan barbar" oleh kelompok bersenjata NIIS yang melakukan kekerasan seksual dan pemerkosaan yang biadab terhadap perempuan dari warga minoritas di wilayah yang dikendalikannya.
Pernyataan itu disampaikan dalam pernyataan bersama hari Rabu (13/8) di Baghdad, ibu kota Irak, oleh Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB bidang Kekerasan Seksual dalam Konflik (SRSG), Zainab Hawa Bangura, dan Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal untuk Irak, Nickolay Mladenov. Keduanya mendesak perlindungan bagi warga sipil.
"Kami prihatin dengan laporan lanjutan dari tindak kekerasan, termasuk kekerasan seksual terhadap perempuan dan gadis remaja dan anak laki-laki dari kelompok minoritas Irak," kata Bangura dan Mladenov.
"Penculikan dan penahanan terhadap warga Yazidi, Kristen, Turkmenia dan Shabak, baik anak perempuan dan anak laki-laki, dan pemerkosaan yang biadab mencapai cara yang mengkhawatirkan," kata Bangura dan Mladenov. Keduanya menyebutkan bahwa sekitar 1.500 warga Yazidi dan Kristen telah dipaksa menjadi budak seks oleh NISS yang juga disebut sebagai Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Para pejabat mengutuk tindakan yang secara eksplisit menargetkan perempuan dan anak-anak dan tindakan barbar yang dilakukan NISS terhadap warga minoritas. Tindak kekerasan seksual adalah pelanggaran HAM berat yang dapat dianggap sebagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, kata mereka memperingatkan.
Mladenov meminta Pemerintah setempat dan masyarakat internasional untuk bertindak membebaskan segera para perempuan dan anak perempuan yang ditahan dan diekploitasi oleh NIIS.
Situasi di Sinjar
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyatakan pihaknya mendukung pengiriman bantuan dan pelayanan sangat dibutuhkan bagi puluhan ribu orang yang masih terjebak di pegunungan di Sinjarm, Irak bagian Utara. Mereka mengungsi akibat serangan NIIS pekan lalu.
"Situasi kemanusiaan penduduk sipil di pegunungan Sinjar sangat mengkhawatirkan karena sulitnya jalan untuk mengangkut kebutuhan pokok seperti obat-obatan, makanan dan air, terutama karena suhu udara yang tinggi mencapai hingga 111 derajat Fahrenheit (44 derajat Celcius)," kata Dr Jaffar Hussain, Perwakilan WHO untuk Irak.
Dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 60.000 telah menyeberangi perbatasan di Feshkhabour melalui Suriah untuk masuk kembali ke Dohuk, Irak, karena serangan NIIS. Mereka juga menghadapi ancaman wabah penyakit di penampungan yang penuh sesak, kata Hussain.
Dia juga memperingatkan masalah penyakit menular, serta penduduk yang menderita diabetes dan kanker yang membutuhkan perawatan mendesak. Sepuluh tim medis bergerak di Dohuk untuk memberikan layanan kesehatan penting. Semua rumah sakit dalam siaga tinggi untuk pelayanan kesehatan.
Perbatasan Irak-Suriah, pada titik Feshkhabour, WHO menempatkan 16 ambulance, dua dokter medis dan 10 paramedis untuk memberikan perawatan. WHO, bersama dengan Departemen Kesehatan Irak dan UNICEF, juga menyelenggarakan vaksinasi polio selama lima hari di seluruh negeri, dengan tujuan imunisasi bagi empat juta anak di bawah usia lima tahun. (un.org)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...