Gereja Argentina Bersuka Temukan Korban Rezim Videla
BUENOS AIRES, SATUHARAPAN.COM – Pendiri Organisasi Grandmothers Plaza de Mayo, Estela de Carlotto menemukan salah satu cucunya setelah 35 tahun melakukan pencarian, seperti diberitakan Dewan Gereja Dunia, Rabu (13/8).
Organisasi Grandmothers Plaza de Mayo adalah sebuah organisasi hak asasi manusia dengan tujuan menemukan anak-anak yang diculik selama Perang Argentina, dan sejak lama Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) memantau dan melindungi kerja organisasi tersebut.
Dalam surat terbuka yang dikirim ke Carlotto, Uskup Methodist Gereja Injili Argentina, Frank de Nully Brown, mengungkapkan kegembiraan dan kepuasan bahwa pencarian yang dilakukan Carloto seperti meletakkan begitu banyak dedikasi dan upaya telah terbayar sekali lagi.
“Kami bersyukur kepada Tuhan Pemberi Kehidupan, dan kami meminta kepada-Nya untuk terus memperkuat organisasi ini dalam menemukan orang yang dicintainya,” katanya dalam surat itu.
Organisasi ini didirikan pada 1977 dengan tujuan mencari anak-anak yang diculik selama paham kekerasan berkuasa, beberapa dari mereka yang lahir dari ibu di penjara yang kemudian menghilang. Aktivitas organisasi ini dibantu oleh ilmuwan Amerika Serikat, Mary Claire King yang banyak membantu dalam hal pengujian genetik. Pengujian ini penting guna menentukan kecocokan biologis antara seorang ibu dengan anak yang dia lahirkan.
“Dewan Gereja Dunia berkomitmen mendukung organisasi ini seperti kami juga mendukung para pengungsi asal Cile yang melarikan diri ke Argentina di bawah masa pemerintahan aktif rezim Pinochet,” kata mantan anggota staf Dewan Gereja Dunia, Charles Harper.
Estela Carlotto sempat kehilangan putrinya dalam kandungan, Laura, pada saat Argentina di masa pemerintahan Jorge Rafael Videla, kepala pemerintahan Angkatan Darat Argentina pada 1976 hingga 1983 yang kemudian dipenjara karena pernah melakukan kudeta terhadap presiden yang berkuasa saat itu, Juan Peron.
Estela Carlotto termasuk salah satu yang diculik dalam masa diktator Videla, dan melahirkan dalam tahanan akan tetapi sejak lama seusai Videla dijebloskan dalam penjara, dan Estela bebas namun dia tidak bertemu kembali dengan cucu lain yang sempat dia lahirkan.
Pencarian Estela berakhir pada 5 Juli 2014 ketika seorang pria 35-tahun bernama Guido, seorang musisi di kota Olavarria, yang penasaran tentang asal usulnya menjalani tes DNA karena selama puluhan tahun dia sempat mengalami keraguan tentang asal-usul identitasnya.
Meskipun ada cerita-cerita lain dari cucu yang ditemukan, cerita ini adalah sangat pedih seperti sekarang menyentuh kehidupan seorang pemimpin wanita yang dikenal untuk mencari keadilan bagi perempuan lain yang mengalami nasib serupa.
Juan Abelardo Schvindt, dari Gereja Injil di River Plate, Argentina ingat bahwa Carlotto sering berpartisipasi pada acara gereja dan organisasi ekumenis.
“Dia adalah orang yang melakukan perjalanan ke Jenewa pada akhir 70-an untuk bertemu dengan Charles Harper, yang bertanggung jawab atas program hak asasi manusia untuk Amerika Latin,” kata Schvindt.
“Klaim Carlotto, bersama dengan para pemimpin lainnya, selalu berhasil menemukan isu-isu yang sensitif dalam Dewan Gereja Dunia dan dalam gerakan oikumenis secara keseluruhan,” tambah Schvindt.
Bagi banyak orang di Argentina, prestasi ini menambah semangat kerja mereka mengingat saat ini lebih dari 400 anak-anak yang hilang yang diurusi organisasi ini. Pada 14 September 2011, organisasi ini menerima Hadiah Perdamaian Félix Houphouët-Boigny di Paris untuk pekerjaan mereka dalam membela Hak Asasi Manusia. (oikoumene.org/wikipedia.org).
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...