Peran Penting Chastelein di Buku Sejarah GPIB Immanuel Depok
DEPOK, SATUHARAPAN.COM – John Leirissa selaku koordinator penyusunan dua buku dalam rangka 300 tahun jemaat masehi depok, mengatakan pada Sabtu (28/6) di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Depok, Jawa Barat, bahwa pihaknya bersyukur selesainya dua buku hasil kerja sama GPIB Immanuel dan Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia Jakarta.
Dua buku yang menguraikan peranan penting Cornelis Chastelein berjudul “Melacak Jejak-Jejak Sang Pembebas” dan “Menggereja Secara Baru”
“Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa dalam ulang tahun tanggal 28 Juni ini akan diluncurkan dua buku tersebut, meski dengan catatan buku ini masih berupa dummy (versi belum jadi),” kata Leirissa.
Leirissa mengatakan buku secara fisik sudah selesai akan tetapi masih dalam penyempurnaan. “Mengingat saat ini ada keterbatasan waktu antara selesainya penyusunan dan ulang tahun ke-300 GPIB Immanuel Depok,” kata Leirissa.
“Buku ini memang akan dicetak secara massal dalam waktu dekat, tentunya dengan perubahan, apabila nanti masih akan ada penyempurnaan,” lanjut Leirissa.
Buku berjudul Melacak Jejak-Jejak Sang Pembebas disusun oleh Pdt. Hendrik Ongirwalu, M.Th, Pdt. Hallie Jonathans, S.Th, dan Yano Jonathans merupakan upaya kecil guna menjawab tidak hanya tentang pelayanan seorang Cornelis Chastelein di Depok, Jawa Barat, tetapi buku ini merupakan wujud nyata peran jemaan dalam masyarakat Depok yang terus-menerus membangun masa depannya.
“Semoga buku ini menjadi sumbangan kepada pemerintah Kota Depok untuk menggali dan menyusun sejarah Depok,” kata Leirissa.
Apabila bicara mengenai sejarah Kota Depok maka tokoh bersejarah yang perlu diperhatikan yakni Cornelis Chastelein yang merupakan pendiri dan pembentuk masyarakat Depok.
Cornelis Chastelein mempunyai suatu obsesi sehingga menyusun surat wasiat atau testament untuk membentuk suatu masyarakat Kristen Depok, yang konon berasal dari budak yang dia bebaskan. Konon, Chastelein dikenal anti-perbudakan, karena menurut dewan gereja perbudakan bertentangan dengan ajaran Injil, khususnya bila budaknya beragama Kristen. Karena itu, hingga kematiannya pada 1714 tercatat sekitar 200 orang dibebaskan Chastelain atnara lain budak tersebut berasal dari berbagai suku di Indonesia: Bali, Ambon, Bugis, dan Sunda.
Dari perbudakan setelah memeluk Kristen Protestan. Terdapat 12 keluarga (marga) yang dibebaskan olehnya. Mereka inilah yang kelak populer dengan sebutan "Belanda Depok". Kelompok ini juga diklaim sebagai kelompok protestan pertama di timur.
Marga-marga keluarga yang dibawa Chastelein diukir di pintu-pintu gereja GPIB Immanuel Depok, rumah ibadah yang diresmikan sendiri oleh Chastelein. Kedua belas marga tersebut adalah: Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob, Zadokh.
Pada 1704 Chastelein kembali bekerja di VOC sebagai anggota dewan luar biasa. Baru pada 1708 ia diangkat sebagai anggota biasa hingga akhir hayatnya pada tahun 1714.
Chastelein menikah dengan Catharina van Quaelborg dan memiliki seorang putra, Anthony. Dia diketahui juga memiliki putri angkat berdarah campuran (Indo) bernama Maria.
Usaha penyusunan wasiat telah dibuat beberapa kali dan setiap kali diperbaiki, yaitu 4 Juli 1696, 11 Mei 1701, 17 Juli 1708, 21 Maret 1711 dan akhirnya yang terakhir selesai pada tanggal 13 Maret 1714.
Surat wasiat tersebut kemudian disahkan dengan resolutie "Van de Edele Hooge Regeringe van Nederlands Indie" pada 24 Juli 1714. Sesuai dengan hukum yang berlaku surat wasiat ini mulai berlaku sejak wafatnya Coernelis Chastelein pada 28 Juni 1714, tanggal yang kemudian menjadi Hari Ulang Tahun Jemaat Masehi Depok.
Cornelis Chastelein dilahirkan pada 10 Agustus 1657 di Amsterdam. Beliau adalah anak ke-8 dan anak bungsu dari Anthony Chastelein, yang menjabat sebagai bewindhebber atau pimpinan dari Oost Indische Cpmpagnie di Amsterdam. Pada 24 Januari 1674 Cornelis Chastelein mengawali ke Oost Indie (Indonesia sekarang) dengan kapal "Huys Te Cleef" dan tiba di Batavia pada 16 Agustus 1674.
Editor : Bayu Probo
Uskup Suharyo: Semua Agama Ajarkan Kemanusiaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan ap...