Perempuan Bekerja di Saudi Cari Pengakuan
RIYADH, SATUHARAPAN.COM – Sangatlah umum jika kita mendengar tentang kontribusi sosial dan pengaruh positif yang dibuat oleh laki-laki di lingkungan masyarakat Saudi. Hal ini karena laki-laki memiliki banyak kesempatan kerja daripada perempuan dan kemakmuran merupakan hal yang sangat langka bagi perempuan.
Namun, karena saat ini semakin banyak perempuan Saudi yang bekerja, panggilan untuk mengakui kontribusi mereka kepada masyarakat telah tumbuh lebih banyak. Sementara itu, masih banyak masyarakat Saudi yang percaya bahwa perempuan harus tinggal di rumah dan membesarkan anak-anak, semakin banyak juga orang yang menyalahkan mentalitas regresif yang membesar-besarkan prestasi pria sementara mengabaikan kontribusi penting yang dibuat oleh perempuan Saudi dalam membentuk masyarakat dan ekonomi negara, lapor harian al-Riyadh.
Maryam Mousa, seorang konselor mahasiswa, mengatakan ada orang-orang dalam masyarakat Saudi yang masih berpikir perempuan harus melahirkan anak-anak dan membesarkan anak laki-laki mereka untuk menjadi pemimpin dan anak perempuan mereka untuk menjadi ibu rumah tangga. Menurutnya, pandangan ini menghambat upaya untuk mendorong perempuan menjadi masyarakat yang lebih produktif.
“Seorang perempuan dalam masyarakat kita mulai sekolah di usia yang sama dengan teman laki-laki mereka, mempelajari kurikulum yang sama, duduk di kelas yang sama dan menghadapi ujian yang sama hingga lulus. Kebanyakan dari perempuan memilih jurusan studi yang menantang dan berupaya keras untuk lulus. Beberapa di antara mereka berhasil menjadi penemu, peneliti dan panutan. Meskipun ini adalah hasil dari jerih payah dan ketekunan mereka, masih saja ada yang tidak menghargai mereka karena mereka tidak bisa memasak makanan seperti yang biasa dilakukan oleh ibu mereka dulu,” kata dia seperti yang dilansir oleh alarabiya pada Sabtu (23/8).
Nora Daifuallah mengatakan apa yang membuat perempuan Saudi layak untuk mendapatkan pengakuan adalah kenyatannya mereka lebih unggul di berbagai bidang ilmiah dan kejuruan dengan kecepatan luar biasa dalam suatu lingkungan yang tidak mendukung kegiatan mereka.
“Mungkin faktanya adalah bahwa perempuan sekarang menimbulkan persaingan dengan laki-laki dalam masyarakat kita. Itu sebabnya pria begitu khawatir mengakui peran perempuan dalam masyarakat Saudi,” katanya.
Dr. Uhoud al-Rihaily, seorang psikiater di Universitas Taibah, Madinah mengatakan tidak hanya beberapa orang percaya bahwa peran perempuan hanya terbatas pada dinding rumah mereka tetapi mereka juga percaya bahwa pria memiliki sifat-sifat yang melekat seperti kesabaran, tekad dan keberanian yang memungkinkan mereka untuk unggul dan menjadi anggota masyarakat yang produktif dibandingkan dengan perempuan.
“Karena beberapa orang percaya bahwa perempuan kurang memiliki sifat-sifat ini, mereka juga berpikir perempuan memiliki kesempatan lebih rendah untuk menjadi sama seperti laki-laki. Pola pikir seperti itu membutuhkan waktu untuk merubahnya. Apa yang dapat kita lakukan adalah terus memberikan contoh dan mendorong perempuan memiliki aspirasi untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif dengan cara yang positif. Seiring berjalannya waktu, orang akan terbiasa dengan perempuan dalam konteks ini dan mulai mendukung mereka karena mereka akan memahami hasil positif yang didapat dari perempuan yang memainkan peran lebih aktif,” kata dia.
Pekerja sosial, Latifa al-Siraan mengatakan dukungan dari Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah telah memungkinkan perempuan untuk terlibat dalam politik dan berkontribusi untuk mengembangkan kerajaan dalam hal ekonomi, sosial dan budaya.
“Itu hanya selama masa pemerintahannya saja bahwa perempuan mendapatkan identitas nasional mereka sendiri dan hak untuk menjadi anggota Dewan Syura. Raja berpendapat bahwa peran perempuan tidak terbatas pada rumah tangga lagi. Banyak perempuan memiliki aspirasi dan bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Transformasi tersebut pasti telah meningkatkan status masyarakat dan membuka peluang untuk kehidupan yang lebih baik bagi banyak keluarga,” kata dia.
“Penolakan peran perempuan dalam masyarakat masih ada karena tradisi kita. Beberapa pandangan perempuan yang bekerja sebagai fenomena negatif akan menyebabkan hancurnya rumah tangga. Pendapat mengenai peran perempuan dalam masyarakat tidak dapat dipaksakan kepada orang lain. Laki-laki dan perempuan bertugas untuk mengembangkan bumi ini. Tugas laki-laki terhadap perempuan adalah mendukung dan dapat bekerja sama,” tambahnya. (alarabiya.net)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Polri Tangkap Buron Pengendali Clandestine Lab di Bali Asal ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri mengamankan satu orang dar...