Rectoverso Jadi Magnet di Festival Film Cannes
CANNES, SATUHARAPAN.COM - Film "Rectoverso", film karya sineas Indonesia yang ceritanya diadaptasi oleh penulis Dewi "Dee" Lestari dikabarkan mencuri perhatian kalangan perfilman dunia yang berkumpul di ajang Festival Film Cannes, di Prancis. Rectoverso diputar dalam European Premier, dalam sesi Antipoedes, Cannes Cinephile sebanyak tiga kali yaitu tanggal 21, 23, dan 25 Mei 2013.
Film ini cukup unik karena berisi lima judul film menjadi satu kemasan. Film ini merupakan adaptasi dari sebuah karya hibrida "turunan dari dua jenis yang berlainan" Dewi Lestari pada tahun 2008. Film bergenre drama romantis ini sudah lebih dulu diputar di Tanah Air bertepatan dengan perayaan hari kasih sayang atau Valentine, 14 Februari 2013 lalu.
Film "Rectoverso" ini menghadirkan suatu rangkaian film pendek yang dijadikan dalam satu kemasan. Dimana untuk pertama kalinya ada sebuah metamorfosis dari sebuah novel, yang menghadirkan persenyawaan antara ruang pandang, ruang dengar dan ruang baca, yang menjadi karya lima sutradara perempuan Indonesia.
Lima cerita dari sebelas judul cerita pendek dalam buku tersebut terpilih dan difilmkan oleh sutradara Marcella Zalianty dengan judul " Malaikat Juga Tahu", kemudian Olga Lidya untuk cerita "Curhat buat Sahabat", Cathy Sharon untuk cerita "Firasat", kemudian Rachel Maryam dengan cerita "Hanya Isyarat", dan cerita berjudul "Cicak Di Dinding" yang digarap oleh Happy Salma.
"Malaikat Juga Tahu", Sutradara: Marcella Zalianty
Cerita yang berjudul "Malaikat Juga Tahu" yang digarap oleh Marcella Zalianty di dalam film Rectoverso. Cerita ini menceritakan bermula pada seorang lelaki yang menderita autism bernama Abang yang jatuh cinta kepada Leia, salah satu anak kost yang tinggal di rumah ibunya. Sang ibu sangat cemas mengetahui hal itu karena dia tahu hubungan yang diharapkan oleh anaknya tak pernah terjadi. Kecemasan sang ibu bertambah saat Han, adik abang datang. Hubungan adik dengan Leila pasti membuat Abang semakin terluka.
"Cicak Di Dinding", sutradara: Happy Salma
Bram, seorang pelukis yang masih muda dan lugu bertemu dengan Saras, seorang wanita penghibur yang jauh lebih tua dan lebih "berpengalaman". Malam itu Saras memberikannya malam yang sangat berkesan. Tanpa rencana keduanya bertemu kembali, kali ini keduanya berusaha menjalin pertemanan, dan Bram akhirnya tidak mampu menolak perasaan cinya yang datang dihatinya. Saras memutuskan pergi dan meminta Bram pun untuk tidak mencarinya. Namun Bram tetap berusaha mencari Saras dan gagal. Bram pun kemudian tengelam dengan kesibukannya sebagai pelukis. Enam tahun kemudian Bram bertemu lagi dengan Saras dalam pembukaan pameran tunggalnya. Saras datang membawa kejutan yang akan mendentukan masa depan serta kebahagiaan mereka berdua.
"Firasat", sutradara: Cathy Sharon
Senja selalu mendapat firasat ketika orang terdekat akan meninggalkannya. Ini terjadi sebelum ayah dan adiknya meninggal dalam kecelakaan. Karena itulah Senja bergabung dalam Klub Firasat, sebuah klub dimana para anggotanya berkumpul setiap Minggu untuk berbagi cerita tentang berbagai pertanda. Alasan lain membuat Senja bergabung ke klub ini karena ketajaman intuisi ketuanya bernama Panca, dan ia pun jatuh cinta kepada Panca. Sampai satu ketika Senja kembali mendapatkan firasat buruk, ia kembali kehilangan orang terdekat.
"Curhat Buat Sahabat", sutradara: Olga Lidya
Amanda yang supel dan ceria tetap bisa menjalin persahabatan dengan Reggie yang kalem dan penyabar, namun selalu siap mendengarkan curhat Amanda kapanpun dibutuhkan. Suatu saat Amanda jatuh sakit, dia sadar tak seorangpun yang bisa dimintai pertolongan bahkan pacarnnya sekalipun. Hanya Reggie lah yang mampu menolongnya. Pertolongan Reggie menyadarkan Amanda bahwa yang dia butuhkan selama ini hanyalah orang yang menyayanginya apa adanya, dan itu adalah Reggie. Tapi disisi lain, Reggie juga menyadari kalau cinta ini sudah terlalu tua baginya.
"Hanya Isyarat", sutradara: Rachel Maryam
Tano, Dali, Bayu, Raga, dan Al bertemu lewat forum milis. Sementara empat temannya tampak sudah akrab bagaikan sahabat lama, tidak demikian dengan Al yang selalu menyendiri dan menjaga jarak. Al diam-diam jatuh cinta pada Raga meskin hanya mamapu mengagumi dari kejauhan. Suatu malam, lima orang ini mengadakan satu permainan kecil, yaitu bercerita kisah yang lain sedih yang mereka miliki. Al semakin terpukul setelah Raga menceritakan kisahnya. Al keluar sebagai pemenang, dan daya tarik Raga semakin membuatnnya terseret. Namun sebuah rahasia besar dalam diri Raga membuat Al mungkin takkan bisa memilikinya.
Makna
Setiap cerita di dalam Film "Rectoverso" ini bisa dibilang sarat akan makna mendalam. Melalui cerita "Malaikat Juga Tahu" dikisahkan tentang cinta yang tulus, yang membutuhkan jiwa yang lapang dada untuk menerimanya. Sementara melalui cerita "Cicak di Dinding", pelajaran yang dapat diambil adalah fenomena yang sudah sering terjadi, pernikahan tidak dilakukan dengan orang yang paling dicintai.
Kemudian melalui cerita "Cerita Untuk Sahabat" pelajaran yang dapat diambil dari cerita itu adalah melihat dan bercermin, bahwa sebenarnya selama ini orang sibuk mencari cinta kemana-mana, sibuk mencari kesempurnaan di "luar sana", sehingga terbutakan untuk melihat cinta paling tulus dan paling dekat di sekitar kita. Lalu dengan cerita "Firasat" pelajaran yang dapat dipetik adalah kita diajak untuk bisa menerima bahwa ada beberapa hal yang memang bukan kuasa kita untuk menentukan meskipun kita diberi kemampuan.
Melalui cerita "Hanya Isyarat" pelajaran yang dapat dipetik adalah cerita ini memberikan pesan bahwa hanya karena ada hal-hal yang perlu untuk diutarakan, tidak otomatis membuat hal-hal tersebut perlu untuk didengarkan.
Meskipun Film "Rectoverso" diambil dari 5 judul yang berbeda, dan pastinya dengan cerita yang berbeda dengan ending yang berbeda, pemain yang berbeda dan sutradara yang berbeda. Namun, tidak membuat film ini kehilangan pesan yang disampaikan. Dari semua perbedaan itu, terangkum menjadi satu kesimpulan bahwa cinta tak perlu terucapkan.
Film Rectoverso ini selain disutradarai oleh artis-artis papan atas di Indonesia juga dipenuhi oleh bintang-bintang sinetron dan perfilman papan atas seperti Prisia Nasution, Asmirandah, Widyawati, Dwi Sasono, Lukman Sardi, Yama Carlos, Indra Birowo, Acha septriasa, Cathy Sharon, Rachel Maryam, Sophia Latjuba, Marcella Zalianty, Dewi Irawan, Tio Pakusadewo, Amanda Ghea Sukasah, Harmish Dauh, dan masih banyak lagi.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...