Salat Berjamaah Berhadiah Mobil Mengurangi Nilai Ibadah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Kota Bengkulu mengeluarkan program salat berjamaah yang berhadiah mobil. Tujuannya memotivasi masyarakat agar rajin beribadah. Namun, menurut Ahmad Nurcholish, peneliti Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), program itu tidak mendidik dan mengurangi nilai ibadah.
Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan mengaku menyediakan anggaran hingga Rp 20 miliar terkait program salat zuhur berjamaah berhadiah mobi, serta naik haji dan umrah. Kegiatan itu merupakan bagian dari program "Bengkuluku Religius" yang dicetuskan politikus asal Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
"Warga yang paling rajin salat zuhur berjamaah di Masjid At-Taqwa Kota Bengkulu, setiap hari Rabu akan mendapatkan hadiah, total hadiah sebesar Rp 20 miliar lebih," kata Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan di Bengkulu, Rabu (12/2) seperti dikutip Antara.
Tidak Bijaksana
Menanggapi hal tersebut, peneliti ICRP, Ahmad Nurcholish, Jumat (14/2) menilai kebijakan yang diterapkan oleh Wali Kota Bengkulu tersebut sangat tidak mendidik. Menurutnya, salat merupakan ibadah mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dan Allah secara langsung. Jadi salat merupakan ibadah yang menjadi urusan antara seseorang dan Tuhan. Dan salat itu harus merupakan panggilan dari yang ilahi dan tidak boleh karena iming-iming hadiah yang datangnya dari manusia.
“Secara teologis, warga yang salat berjamaah hanya karena termotivasi hadiah, maka itu pastilah akan mengurangi nilai ibadahnya, bahkan tidak berpahala sama sekali,” Ahmad Nurcholish menegaskan.
Ia menambahkan, jika kebijakan Wali Kota Bengkulu itu dilaksanakan, maka bisa menjadi jebakan. Salah satunya, menimbulkan sikap hedonisme religius. Hedonisme religius merupakan sikap beribadah yang bertujuan untuk mendapatkan hadiah atau sekadar keuntungan materi. Dengan kata lain orang tersebut menuhankan benda atau harta.
“Hadiah bagi salat jemaah juga bisa menimbulkan godaan untuk memamerkan hidup ibadah kepada sesama manusia. Dengan hadiah itu, mereka berbondong-bondong ke masjid pada hari yang telah ditentukan. Begitu menerima hadiah tentunya akan timbul rasa senang atau bangga. Tetapi, kebanggaan itu salah kaprah, sebab ada unsur niat agar diketahui banyak orang. Inilah yang disebut riya’ dalam beribadah,” ungkap Ahmad Nurcholish.
Diskriminatif
Kebijakan Wali Kota Bengkulu itu, menurut mahasiswa pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta itu, dapat menimbulkan kecemburuan sosial karena sifatnya diskriminatif. Sebab, kebijakan itu hanya diberlakukan kepada warga muslim. Padahal, sebagai pejabat publik, Wali Kota Bengkulu mengayomi seluruh umat beragama.
“Memangnya warga Bengkulu hanya orang Islam? Wali kota bisa dituduh telah melakukan tindakan diskriminatif kepada warga masyarakatnya. Lalu, bagaimana yang beragama Kristen, Hindu, Buddha, dan lainnya?” kata Nurcholish.
Salat berjamaah berhadiah itu meskipun berniat baik, namun perlu koreksi. Jangan sampai niat yang baik itu justru menimbulkan efek yang negatif di masyarakat. Kelak, warga Muslim hanya rajin melaksanakan salat berjamaah jika ada undian serupa atau ada iming-iming hadiah, bukan karena kesadaran dalam menjalankan syariat Islam.
“Saya khawatir tujuan sang wali kota untuk menumbuhkan religiusitas tidak akan tercapai. Sebab, tampaknya yang dituju religiusitas formal semata, kesalehan ritual, bukan kesalehan yang sesungguhnya,” kata Nurcholish.
Salat Berhadiah, Memotivasi
Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan menegaskan tidak ingin membuat warganya hanya mengharapkan hadiah saat mengikuti program salat berjamaah berhadiah mobil dan naik haji. Dia justru ingin memotivasi warga agar rajin salat berjamaah ke masjid.
"Ini bukan untuk membuat masyarakat seperti mengharapkan hadiah, tetapi saya mencontoh pembelajaran dari ayah saya saat kecil dulu, saat itu dia mengatakan kalau saya bisa puasa Ramadan sebulan penuh maka akan diberikan hadiah sepeda. Oleh karena itu saya merasa terpacu dan akhirnya hal tersebut membuat terbiasa untuk menunaikan puasa," kata Helmi seperti dikutip Antara, Rabu (13/2).
Program salat zuhur berjamaah di Masjid At-Taqwa Kota Bengkulu setiap hari itu menurutnya, juga akan menumbuhkan motivasi masyarakat setempat untuk meramaikan masjid dan kegiatan tersebut merupakan salah satu program Pemerintah Kota Bengkulu yakni "Bengkuluku Religius".
"Dengan mengarahkan masyarakat untuk lebih religius, kita berharap bisa menekan angka kriminalitas, seperti seks bebas, judi, minuman keras, narkoba, serta tindak pidana pembunuhan maupun korupsi, mereka melakukan tindak kriminal karena di hati mereka sudah pudar jiwa religius yang takut kepada azab Allah," ujar adik Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan itu. (ICRP/Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...