Sejarah Singkat Kekristenan di Timur Tengah
SATUHARAPAN.COM – Pengusiran orang Kristen di Mosul, Irak oleh Khalifah Islam Irak-Suriah serta peran aktif Gereja Saint Porphyrius di Gaza dalam menolong pengungsi Muslim Palestina mungkin membuat kita penasaran asal mula munculnya orang Kristen ada di kawasan Asia Barat Daya (atau lazim disebut sebagai Timur Tengah).
Sebenarnya sebagian besar lokasi kisah-kisah dalam Injil ada di Timur Tengah. Yesus lahir di Betlehem—kini ada di kawasan Negara Palestina. Dibesarkan di Nazaret—kini ada di Israel dan mati di Yerusalem—kini disebut Yerusalem Timur. Menurut Kitab Matius, Yesus kanak-kanak sempat mengungsi ke Mesir, Afrika. Ada petilasan di Kairo yang didedikasikan kepada keluarga Kudus ini.
Setelah Yesus naik ke surga, murid-murid-Nya menyebar ke penjuru dunia. Kisah Para Rasul mencatat kejadian yang menarik. Pada Pasal 2:7-11 tertulis, “Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, ‘Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libya yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.’”
Setidaknya ada 15 bangsa dan negara disebutkan dalam lima ayat tersebut. Partia, Media, Mesir, dan Libya adalah daerah-daerah yang membentang dari Timur Tengah hingga Afrika bagian utara. Secara spesifik disebut juga etnis Arab dalam cerita tentang pencurahan Roh Kudus pada perayaan Pentakosta tersebut.
Jika Paulus menyebarkan Injil Kristus mengarah ke Barat, ke pusat pemerintahan Romawi—kota Roma—dan akhirnya menyebar ke seluruh Eropa. Rasul-rasul dicatat menyebarkan kekristenan ke Timur. Matius dikenal sebagai penyebar kekristenan di Suriah dan Persia (Partia—kini Iran), Thomas dikenal menyebarkan Injil sampai ke India. Rasul Filipus sangat dihormati di kalangan Kristen di Gaza dan Ethiopia.
Setelah penganiayaan para pengikut Kristus meningkat seiring dengan kematian Yesus Kristus—juga kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga—pusat kekristenan bergeser ke Antiokhia. Sebuah kota metropolitan di kekaisaran Roma. Kini Antiokhia dikenal sebagai Antakya yang terletak di perbatasan Turki dan Suriah.
Banyak di antara gereja-gereja di Timur mengaku sebagai anak gereja dari Gereja Antiokhia ini. Misalnya Gereja Ortodoks Siria (kini dianut banyak orang Kristen Suriah, Irak, dan Iran), Gereja Khaldean (banyak dianut penduduk Mosul Irak), Gereja Ortodoks Yunani (mayoritas penganut ada di Turki, Palestina, Yordania), Gereja Koptik di Mesir dan Ethiopia, dan Gereja Armenia (banyak dianut di Iran dan Armenia).
Pada abad keenam, lahirlah agama Islam di jazirah Arab dan dianut oleh suku-suku di daerah itu. Agama baru ini membawa kesatuan warga di wilayah yang selama ini dirundung pertikaian. Seiring dengan perluasan kekhalifahan kondisi ini memengaruhi gereja-gereja-gereja di kawasan Timur Tengah walaupun tidak ada pemaksaan untuk menganut kepercayaan baru. Sebab, Islam menghormati Yesus sebagai salah satu nabi Allah.
Namun, keadaan menjadi berat bagi kekristenan Timur Tengah terutama oleh perkembangan teologi Kristen dan timbul berbagai mazhab yang diperparah dengan persaingan antara gereja Timur dan Barat. Pada 1054, gereja yang berpusat di Roma dan yang berpusat di Konstantinopel (kini Istanbul—Turki) memutuskan untuk berpisah. Selain karena dogma yang berbeda juga karena persaingan kekuasaan antara Uskup Roma (Paus) dan Uskup Konstantinopel. Namun, pada 2025 akan diselenggarakan Konsili Nicea untuk menyatukan Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Yunani.
Tidak lama setelah pemisahan tersebut, terjadi Perang Salib—perang perebutan wilayah antara kerajaan-kerajaan di Eropa melawan Khalifah Islam. Perang-perang tersebut benar-benar menyengsarakan orang-orang Kristen di Timur Tengah.
Bagi orang Kristen Timur Tengah, Perang Salib tidak membawa keuntungan apa pun. Di mata prajurit Barat orang Kristen Timur Tengah adalah mereka yang menyimpang dari ajaran yang benar terutama karena mereka tidak menerima otoritas Paus.
Terjadi pembunuhan besar-besaran baik atas orang-orang Islam maupun atas orang-orang Kristen Timur Tengah, antara lain di Antiokhia (1098), Yerusalem (1099), Kaisarea (1101), Beirut (1110), Edessa (1146), Yerusalem (1244), Antiokhia (1268), Tripoli (1289), Akko (1291), dan Aleksandria (1365).
Akibat lainnya adalah hubungan antara orang Kristen Timur Tengah dengan penguasa Islam setempat. Sebab, mereka dicurigai sebagai orang yang dahulu pernah mendukung musuh—pasukan Salib karena dianggap seagama—kondisi ini yang masih terus terjadi hingga masa modern ini.
Dua Perang Dunia Makin Menyengsarakan
Berakhirnya Perang Dunia Pertama yang ditandai dengan runtuhnya Kekhalifahan Ustmaniyah (Kekaisaran Ottoman Turki) membawa korban di antara orang Kristen Timur Tengah.
Ustmaniyah menanggapi kekalahannya melawan Rusia di Armenia dan Kaukasus, dengan menyerang minoritas Armenia yang mayoritas menganut agama Kristen. "Ada dua alternatif: Armenia akan melibas Turki, atau Turki akan melibas mereka," tulis pejabat Ustmaniyah Mehmed Resid dalam memoarnya.
"Dihadapkan dengan kebutuhan untuk memilih, saya tidak lama ragu-ragu. Sebelum mereka melakukan dulu kepada kami, kami akan menyingkirkan mereka."
Sebanyak dua ribu pemimpin Armenia ditangkap dan dibantai di Istanbul pada 24 April 1915. Peristiwa ini digambarkan sebagai genosida pertama abad ke-20. Meskipun negara Turki saat ini membantah istilah itu.
Dalam kurang dari satu tahun, ratusan ribu dipaksa mengungsi, harta benda mereka disita, dan banyak dari mereka tewas.
Armenia didukung banyak sejarawan dan sejumlah parlemen asing menyebutkan hingga 1,5 juta orang Armenia dibunuh secara sistematis di hari-hari terakhir Kesultanan Ottoman. Bersamaan dengan itu juga terjadi genosida terhadap orang-orang Yunani dan Asyiria—mereka juga menganut Kristen—di wilayah Ustmaniyah. Wilayah Kekaisaran Ottoman menjadi koloni pemenang perang: Inggris dan Prancis.
Mendekati dan setelah Perang Dunia II usai, negara-negara koloni Inggris dan Prancis memberontak dan menetapkan kemerdekaanya. Mesir, Lebanon, Yordania, Irak, dan Siprus. Kemerdekaan bangsa-bangsa tersebut seiring dengan meningkatnya kesadaran nasionalisme Arab.
Kristen Timur Tengah Kini
Seiring meningkatnya ekstremisme penganut Islam di daerah itu dan campur tangan terlalu dalam pihak Barat—yang banyak didasari kepentingan ekonomi—penganiayaan terhadap komunitas Kristen di Timur Tengah makin berat. Ada yang mengatakan bahwa penganiayaan ini belum pernah terjadi bahkan saat masa kekhalifahan Ustmaniyah.
Sumber:
- F.D. Wellem. Hidupku Bagi Kristus. Jakarta. BPK Gunung Mulia
- Van den End. Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam. Jakarta. BPK Gunung Mulia
- Anton Wessels. Arab dan Kristen. Jakarta. BPK Gunung Mulia
- Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. Jakarta. BPK Gunung Mulia
- Brink H.V.D. 1967. Tafsir Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta. BPK Gunung Mulia
Artikel-artikel yang menyoroti kehidupan Kristen di Timur Tengah dapat Anda baca di:
- Apa yang Terjadi Jika Timur Tengah Tanpa Orang Kristen? (1)
- Apa yang Terjadi Jika Timur Tengah Tanpa Orang Kristen? (2)
- Apa yang Terjadi Jika Timur Tengah Tanpa Orang Kristen? (3)
- Apa yang Terjadi Jika Timur Tengah Tanpa Orang Kristen? (4)
- Orang Kristen Timur Tengah Paling Menderita
- Perang Dunia I: Akar Konflik Timur Tengah dan Genosida Armenia
- Katolik dan Ortodoks akan Rayakan Konsili Nicea Pada 2025
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...