Seperti Masha dan Mishka
Sebuah kisah sering terinspirasi kehidupan nyata, dan kemudian kisah itu pada gilirannya menginspirasi kehidupan nyata.
SATUHARAPAN.COM – Sebuah lilin dinyalakan hari ini… teriring sebuah doa bagi anak-anak yang kurang beruntung di seluruh dunia. Anak-anak yang bekerja memeras keringat di sweatshop… anak-anak yang diperdagangkan layaknya sebuah komoditi… anak-anak yang diterlantarkan….
Entah mengapa, anak-anak terlantar selalu mengingatkan saya kepada Mishka….
Mishka adalah beruang dewasa yang baik hati dan serbabisa dalam kisah kartun Masha dan Beruang. Karena keterampilannya, pensiunan sirkus ini hidup dengan mapan dan nyaman di rumahnya yang asri di tengah hutan.
Perjumpaan Mishka dengan Masha tampaknya telah mengubah hidup Mishka. Rumahnya tidak lagi asri dan rapi, namun lebih kerap porak-poranda karena ulah Masha yang tidak terduga. Dia tidak lagi dapat bersantai atau melakukan kegemarannya dengan tenang… karena Masha selalu ingin bermain dengannya dan sulit disuruh tenang!
Masha, gadis kecil berkerudung merah dan bermata bulat ini, memang anak yang sangat energik. Dia selalu ceria, selalu ingin tahu, dan selalu ingin nimbrung…. Dengan langkah kecilnya, gadis pemberani yang tidak kenal takut ini, berjalan melompat-lompat, berlari berkeliling, mengejar-ngejar sesuatu, dan berceloteh tanpa henti.
Meskipun Masha kerap mengganggu dan merepotkan, Mishka tidak pernah sungguh-sungguh marah kepada Masha. Mishka menjaga dan memelihara Masha dengan baik, membuatkan makanan, membuatkan pakaian, memandikan, mengajari berbagai disiplin dan keterampilan serta selalu melindunginya….
Tetapi itu hanya ada di dalam kisah kartun bukan? Aha! Saya mendengar nada-nada skeptik di sini! Tetapi, bukankah sebuah kisah sering terinspirasi kehidupan nyata, dan kemudian kisah itu pada gilirannya menginspirasi kehidupan nyata?
Inilah bukti nyatanya: Baru-baru ini sebuah stasiun TV menayangkan kisah nyata Yulianti atau Aurelie yang diadopsi oleh sepasang suami-istri Perancis. Namun sejak awal, pasangan ini tidak pernah merahasiakan bahwa Yulianti adalah anak Adopsi. Mengapa pasangan ini mau bersusah payah mengadopsi seorang anak yang warna kulitnya amat berbeda? Dan setelah dewasa dilepaskan mereka pula anak itu untuk mencari ibu biologisnya? Mungkin alasannya semata-mata karena mereka hanya ingin mengasihi dan berbagi kehidupan….
Karena itu… dalam cahaya lilin hari ini… biarlah menyala pula sebuah harapan… semoga semua anak-anak di dunia ini dihargai dan dikasihi seperti Masha. Dan semua orang dewasa bisa seperti Mishka yang peduli dan sudi berbagi kehidupan dengan seorang anak yang bahkan bukan dari golongannya sendiri…. Semoga!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
BRIN: Duri Landak dapat Jadi Gel Penyembuh Luka
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset terhadap manfaat ...