Spiritualitas Hujan
SATUHARAPAN.COM Hujan. Setiap orang mengalaminya. Dari yang kecildinamakan gerimishingga lebat. Hujan selalu menimbulkan dua tanggapan. Manakala kemarau panjang membuai bumi hujan pun dirindukan. Namun, saat hujan bergitu kerasan singgah di bumi, enggan beranjak yang membuat banjir bandang, semua berharap hujan segera pergi. Hujan dirindukan sekaligus dibenci.
Namun, pernahkah kita mencoba berdamai dengan hujan dan kemudian menggali pesan dari dalamnya? Dalam salah satu tulisannya, Kahlil Gibran mengatakan bahwa hujan itu fenomena alam yang jujur.
Hujan itu anugerah. Hujan itu bahasa alam yang jujur dan polos. Dia tidak akan pilih kasih menyapa bumi sebagai sahabatnya. Ia akan mendatangi bumi sesuai panggilannya. Sebutuh apa pun manusia dan makhluk lainnya akan hujan, namun jika belum saatnya, hujan tak akan pernah datang.
Selain itu, pernahkah kita sadar bahwa hujan mengajari kita untuk rendah hati? Cobalah berjalan ketika hujan menyapa bumi, lalu coba pula untuk tengadah. Adakah kita sanggup melawan derai hujan yang menampar muka kita?
Hujan mengajar manusia untuk hormat, merunduk. Karena air yang jatuh itu pasti akan menyerang muka manusia dan tiada kuat melawannya, maka jalan terbaik adalah menunduk. Hujan mengajak kita untuk rendah hati, menunduk dan bukan menantang. Semoga kita mampu senantiasa memetik pelajaran berharga dari alam dan bahasanya.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...