Wartawan Investigasi Tuding AS Bohong Soal Osama Bin Laden
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Wartawan investigasi AS mengatakan serangan Amerika Serikat yang menewaskan pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden bukan merupakan aksi rahasia penuh risiko, melainkan sebuah operasi gabungan antara intel militer AS dan Pakistan.
Dalam artikel berjudul The Killing of Osama bin Laden, penulis pemenang Pulitzer Prize, Seymour Hersh menyebutkan bahwa sejak tahun 2006 Bin Laden berada di bawah kendali Pakistan dan disembunyikan di Abbottabad dengan bantuan keuangan Arab Saudi.
Seperti dilansir dari bbc.co.uk, Selasa (12/5), tudingan itu menuai protes dari banyak kalangan di AS dan Pakistan yang menuding penjelasan Hersh tidak dilandasi bukti yang cukup dan mengambil kesimpulan-kesimpulan yang meragukan.
“Anggapan bahwa serangan yang menewaskan Osama Bin Laden bukan merupakan misi sepihak Amerika Serikat sepenuhnya salah,” kata juru bicara Gedung Putih, Ned Price, yang menambahkan bahwa artikel Hersh “tidak akurat dan dibumbui pernyataan tak berdasar”.
Hersh mengatakan pejabat-pejabat tingkat tinggi di Pakistan setuju mengijinkan AS melakukan serangan di Abbotabad setelah AS menemukan keberadaan Bin Laden melalui seorang sumber dari intel Pakistan, bukan melalui interogasi tahanan al-Qaeda dan investigasi mendalam terhadap seorang kurir Bin Laden seperti disebutkan dalam keterangan resmi pemerintah AS.
Pakistan kemudian membolehkan AS memantau rumah Bin Laden di Abbotabad, memperoleh bukti DNA yang mengonfirmasi identitas Bin Laden, hingga menyediakan agen Pakistan untuk membantu memandu operasi tersebut.
Sebagai imbalan, AS harus melanjutkan bantuan finansial kepada dinas intelijen Pakistan dan para pemimpinnya.
Cerita karangan
Seperti diatur dalam perjanjian tersebut, menurut Hersh, AS akan menunda pengumuman kematian Bin Laden selama seminggu dan mengatakan dia tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Afghanistan.
Namun, kata Hersh, Obama mengingkari perjanjian itu setelah sebuah helikopter AS jatuh pada saat serangan itu terjadi dan Gedung Putih khawatir tidak bisa membendung tersebarnya kabar mengenai insiden itu.
Jadi malam itu, Obama mengumumkan bahwa pasukan khusus Angkatan Laut AS melakukan serangan setelah berbulan-bulan mengumpulkan informasi intel rahasia, tanpa sepengetahuan militer Pakistan, dan diakhiri dengan baku tembak yang berujung pada kematian Bin Laden.
“Cerita dari Gedung Putih seperti karangan Lewis Carrol,” tulis Hersh di edisi terbaru London Review of Books, merujuk pada penulis buku Alice in Wonderland.
Artikel Hersh diakhiri dengan hujatan kepada kebijakan luar negeri Obama secara keseluruhan.
“Pembohongan tingkat tinggi tetap masih menjadi modus operandi kebijakan AS, seperti penjara-penjara rahasia, serangan pesawat tanpa awak, razia pasukan khusus, melangkahi rantai komando dan membungkam mereka yang berani menentang,” tulisnya.
Mempertanyakan keaslian
Berita mengenai tulisan Hersh ini menyebar dengan cepat dan mulai muncul di perbincangan politik di berbagai media sosial.
Halaman yang memuat tulisan itu di situs London Review of Books juga sempat tidak berfungsi karena begitu banyak orang yang ingin membaca tulisan Hersh.
Dalam waktu singkat rekan-rekan Hersh sesama jurnalis juga mulai mempertanyakan keaslian cerita tersebut, antara lain Max Fischer dari Vox dan Peter Bergen dari CNN. Kritik terhadapnya, antara lain:
Sumber yang tidak dapat dipercaya. Sebagian besar dari artikel Hersh didasari oleh klaim-klaim dari pejabat intel AS dan Pakistan yang tidak disebutkan dan tak satupun dari mereka terlibat langsung dengan operasi ini. Satu-satunya sumber yang disebutkan namanya, Asad Durrani, bertugas di intel militer Pakistan lebih dari dua dekade lalu dan hanya mengatakan bahwa “mantan kolega-koleganya” mendukung cerita Hersh. Durrani kemudian dihubungi oleh Bergen dari CNN dan dia mengatakan bahwa cerita Hersh “masuk akal”.
Cerita kontradiktif. Hersh mengabaikan fakta bahwa dua anggota pasukan SEAL Angkatan Laut AS yang terlibat dalam serangan itu telah membeberkan cerita mereka yang bertentangan dengan cerita Hersh. Bergen, yang pernah mengunjungi lokasi serangan itu, menuliskan terlihat jelas bukti-bukti terjadinya baku tembak karena kawasan tersebut “dipenuhi pecahan kaca dan beberapa area terlihat jelas dibolongi lubang peluru”.
Kesimpulan yang meragukan. Mengapa Arab Saudi akan mendukung seorang yang ingin menggulingkan Kerajaan Saudi? Apabila perjanjiannya mencakup dukungan AS kepada Pakistan, mengapa hubungan kedua negara tersebut memburuk setelah serangan itu? Bila memang AS dan Pakistan bekerja sama, apakah sebuah serangan palsu merupakan cara terbaik untuk memastikan tewasnya Bin Laden?
Seperti yang biasa terjadi pada teori konspirasi, mungkin kritik terbesar untuk cerita Hersh adalah bahwa dia berasumsi banyaknya karakter-karakter yang terlibat dapat bekerja dengan efektif dan dapat menjaga rahasia.
Max Fischer dari Vox menuduh Hersh, semakin sering mengarang cerita yang sukar dipercaya berdasarkan bukti-bukti yang lemah.
Dalam tiga tahun terakhir, misalnya, dia pernah menulis artikel menuduh pemerintahan George W Bush melatih militer Iran di Nevada dan artikel lainnya mengenai andil Turki pada serangan senjata kimia di Suriah.
“Mungkin ada sebuah dunia bayangan dengan konspirasi rumit dan kejam, dijalankan dengan cemerlang oleh jaringan pemerintahan internasional ,” tulis Fischer. “Dan mungkin Hersh beserta beberapa pejabat senior anonimnya benar-benar hidup di dunia itu dan melihat rahasia-rahasia gelapnya. Atau mungkin ada penjelasan yang lebih mudah.”
Dalam sebuah wawancara televisi pada Senin (11/5), Hersh mencoba membalikkan kritik yang diarahkan padanya. Dia mengatakan versi cerita pemerintah AS-lah yang sukar dipercaya.
“Sebanyak 24 atau 25 orang berada di tengah Pakistan, membunuh seorang Bin Laden tanpa pengamanan udara, perlindungan, pengamanan, dan tanpa masalah – apakah Anda serius?” tanyanya.
“Saya minta maaf bila ini bertentangan dengan apa yang dipercaya publik,” tambahnya. “Saya telah melakukan ini seumur hidup dan saya mengerti dampaknya.”
Terdapat sebuah istilah yang sering digunakan di Twitter untuk cerita yang tampak fantastis namun meragukan: “Wow jika benar”
Tampaknya sambutan terhadap cerita Hersh menuai banyak reaksi “wow” – namun dengan penekanan “bila benar adanya”.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...