DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja
09:35 WIB | Kamis, 03 April 2014
Yanukovich Menyesal Undang Rusia ke Crimea
RUSIA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Ukraina terguling menyesal dan mengakui dirinya telah melakukan "kesalahan" telah mengundang pasukan Rusia ke Crimea dan berjanji terus mencoba membujuk Rusia supaya mengembalikan kedaulatan Crimea pada Ukraina.
Viktor Yanukovich membuat pernyataan tersebut pada hari Rabu (2/4) dalam sebuah wawancara pertamanya di media sejak diturun dari kekuasaan setelah selama tiga bulan terjadi aksi protes anti-korupsi dan keputusannya mendekatkan hubungan dengan Rusia bukan ke Uni Eropa.
Dengan berlinang air mata, Yanukovich mengatakan kepada kantor berita Associated Press dan televisi NTV Rusia bahwa ia masih berharap untuk bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin supaya mengembalikan wilayah yang dianeksasi.
"Aku salah," kata dia. "Saya bertindak berdasarkan emosi saya."
"Crimea adalah tragedi, tragedi besar," kata Yanukovich (63), yang tinggal di Rusia sejak melarikan diri dari Ukraina. Dia bersikeras jika pengambilalihan Moskow atas Crimea tidak akan terjadi jika ia tetap berkuasa.
Dalam wawancara tersebut Yanukovich membantah tuduhan korupsi, dia mengatakan dirinya membangun rumah mewahnya di luar Kiev, ibu kota Ukraina, dengan uangnya sendiri.
Kematian akibat Sniper
Viktor Yanukovich juga membantah bertanggung jawab atas kematian 80 warga pengunjuk rasa di Kiev oleh aksi sniper pada bulan Februari, seperti yang dituduhkan kepadanya oleh pemerintah sementara Ukraina.
Ketika dunia telah menyaksikan peristiwa penuh gejolak di Ukraina, Yanukovich tampil merendah, tetapi tetap bersikeras dialah pemimpin sejati di negara itu.
Sementara Putin secara terbuka meremehkan Yanukovich, namun tetap menggambarkan Yanukovich sebagai pemimpin yang sah dan kejatuhannya adalah ilegal.
Pernyataan Yanukovich tentang Crimea ini untuk menunjukkan dukungan pada kelompok-kelompok yang membela tanah airnya, walaupun para pendukungnya telah meninggalkan dirinya.
Rusia mencaplok Crimea bulan lalu menyusul referendum yang diadakan dua minggu setelah pasukan Rusia mengambil alih wilayah tersebut. Ukraina dan Barat menolak hasil referendum dan aneksasi adalah ilegal.
Rusia sendiri hampir pasti tidak akan mengembalikan Crimea.
Yanukovich mengatakan ia telah berbicara dengan Putin dua kali melalui telepon dan sekali secara pribadi sejak ia tiba di Rusia - menggambarkan pembicaraan mereka sebagai "sulit" - dan berharap memiliki lebih banyak waktu dengan pemimpin Rusia untuk menegosiasi Crimea kembali ke Ukraina.
"Kita harus mencari cara ... sehingga Crimea mendapat tingkat tertinggi, mungkin kemerdekaan ... tapi menjadi bagian dari Ukraina," kata dia.
Yanukovich mengatakan referendum Crimea bulan Maret - pemungutan suara di mana warga sangat memilih bergabung ke Rusia - merupakan respon dari ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok nasionalis radikal di Ukraina.
Putin mengatakan bulan lalu bahwa Yanukovich meminta Rusia untuk mengirim pasukan ke Ukraina untuk melindungi rakyatnya - permintaan itu dipandang sebagai pengkhianatan oleh banyak warga Ukraina. (aljazeera.com)
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...