Ziarah Luhut Pandjaitan ke Makam Theys Bertabur Puji dan Caci
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Ziarah Menkopolhuman Luhut Binsar Pandjaitan ke makam Tokoh Papua, Theys Hiyo Eluay, dalam kunjungannya ke Papua pada 30 Maret lalu telah mendatangkan banyak pujian di kalangan penggemarnya, tetapi juga bertabur caci-maki dari sejumlah orang Papua lewat media sosial.
Mantan Menteri Perdagangan dan Perindustrian di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid itu, membagikan kesannya tentang ziarah itu lewat akun facebooknya, yang diposting secara publik. Serta-merta ratusan komentar muncul, pujian maupun makian.
"Pagi kemarin saya menyempatkan diri mengunjungi makam Theys di Sentani Papua, sebelum saya bertolak ke Republik Fiji di Pasifik Selatan. Di depan makamnya, saya teringat sosok Theys yang selama hidupnya banyak memberikan pencerahan kepada saya," tulis Luhut, pada 31 Maret, lewat status yang oleh Facebook ditandai sebagai sponsored.
Theys adalah tokoh Papua yang sangat dihormati, dinobatkan sebagai pemimpin besar Papua oleh 250 suku yang tergabung dalam Lembaga Musyawarah Adat pada tahun 1992. Tak lama kemudian ia menobatkan diri jadi Pemimpin Besar Dewan Papua Merdeka.
Pada 1 Desember 1999, Theys mencetuskan dekrit Papua Merdeka serta mengibarkan bendera Bintang Kejora. Lalu pada Mei-Juni 2000, ia mensponsori diadakannya Kongres Nasional II Rakyat Papua Barat, yang lalu dikenal sebagai Kongres Rakyat Papua, Jayapura. Dalam kongres itu, Theys terpilih sebagai Ketua Presidium Dewan Papua.
Namun hidupnya berakhir tragis. Pada tanggal 10 November 2001, Theys Hiyo Eluay diculik dan ditemukan sudah terbunuh di mobilnya di sekitar Jayapura.
Wikipedia mencatat, penyidikan yang dipimpin oleh Jenderal I Made Mangku Pastika, yang juga memimpin penyidikan peristiwa Bom Bali 2002, menyatakan pembunuhan ini dilakukan oleh oknum-oknum Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Beberapa anggotanya, antara lain Letkol Hartomo, dipecat secara tidak terhormat. Dunia Internasional mengecam pembunuhan Eluay ini.
Dalam kunjungannya ke Papua tersebut, Luhut tidak menyinggung soal kematian Theys. Ia lebih banyak memuji Theys dengan mengingat kembali kesan-kesan pribadi atasnya.
"Pernah suatu waktu terjadi perbincangan di antara kami dalam sebuah perjalanan, yang tidak bisa saya lupakan. Pembicaraan itu terjadi di tengah kunjungan saya ke Timur Tengah di mana saya mengajak Theys untuk bertemu Saddam Hussein, Presiden Irak kelima. Itu adalah perjalanan pertama Theys ke luar negeri," kisah dia.
"Dalam momen itu saya bertanya kepadanya, 'Theys, butuh apa kau sebenarnya?' Dia menjawab, 'Pak, saya butuh supaya anak-anak saya ini bersekolah. Saya butuh supaya saya bisa bantu mereka.' Ketika saya menanyakan bagaimana supaya dia bisa menyekolahkan anak-anaknya, dia pun meminta HPH (Hak Pengelolaan Hutan) yang tidak pernah dia dapatkan selama ini."
Menurut Luhut, dia membantunya dengan meminta Menteri Kehutanan saat itu untuk mengurus proses pemberian HPH, bahkan pemerintah memberikan 2 kali lipat luas cakupan HPH dari yang Theys minta.
"Apa yang dia bilang ke saya? Theys mengatakan, 'Hei Bapak, kalau begini caranya kita tidak perlu ribut, karena kita didengarkan. Kita punya mau boleh ada. Selama ini, semua orang luar yang dapat sedangkan kami tidak pernah dapat.' Saya terharu. Mendengar itu pun membuat saya menjadi semakin mengerti bahwa pendekatan humanis itu penting."
Menurut Luhut, saat ini pun ia akan melakukan pendekatan serupa. "Sekarang, saya akan melakukannya lagi dengan kewenangan yang ada pada saya yang lebih luas ini sebagai Menko Polhukam, meskipun bukan berarti bahwa opsi tegas tidak bisa kita lakukan," tulis dia.
Pujian pun berhamburan datang mengomentari apa yang dituliskan Luhut.
Dari salah seorang folower fan pagenya, bernama Yanto Hendrayanto, misalnya, muncul suara kekaguman.
"Saya pengagum berat Pak Luhut saya bangga dengan apa yang telah bapak perbuat untuk negri tercinta ini... Saya selalu berdoa suatu saat nanti bapak menjadi presiden negeri tercinta ini... lanjutkan Pak Luhut," tulis dia.
"Terberkatilah pemimpin yang berjiwa besar dan berhati mulia," puji Theresia Adriana Zebua
"Good job jenderal, selalu barokah, untuk Papua dan tentu saja NKRI," komentar Jet Rizal J.
Sedangkan seseorang bernama Joko Prijono, berkata, "Mantap Pak Luhut... di tangan Bapak dan Pak Jokowi harapan kami bebankan. Harapan kami, rakyat Indonesia bisa menjadi raja di tanah air sendiri, bukan hanya sebagai tuan rumah yang jadi penonton... Hiduplah Indonesia Raya."
Lebih dari 400 komentar singgah di akun facebook Luhut. Sebagian besar adalah pujian.
"Tuhan Yesus memberkati semua pelayanan yg Bang Luhut lakukan dalam tugas untuk kemuliaan nama Allah..terima kasih Bang Luhut semua yang ditabur tidak akan pernah sia-sia pada waktuNya akan dituai oleh bangsa Indonesia," kata Karen Wirianto.
Mengapa Bintang Kejora Dihapus?
Namun bertolak-belakang dengan pujian-pujian itu, kritik bahkan cacian juga datang dari sejumlah orang Papua atas ziarah yang dilakukan Luhut. Bukan karena kisah Luhut tentang Theys, tetapi karena makam Theys yang diziarahi oleh Luhut ditengarai telah diubah menjelang kunjungan. Dan perubahan itu, bagi sebagian kalangan rakyat Papua, menyakitkan.Tadinya makam Theys berhiaskan lukisan bendera Bintang Kejora, tetapi hiasan itu kini lenyap, dan diubah dengan cat putih.
"Kami akan mengecat kembali warna bintang fajar diatas pusara Ondofolo, Pemimpin Besar kami, Theys H. Eluay yang dihapus kemarin oleh Luhut Pandjaitan," kata Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Victor Yeimo, di akun fans page Facebooknya.
Dalam hemat dia, karangan bunga oleh Luhut Pandjaitan adalah suatu penghinaan terhadap nilai perjuangan bangsa Papua.
"Ingat, kami akan buang bunga-bunga sadiwara itu dan mengecat warna bendera kembali," tulis Victor yang status facebooknya telah memperoleh lebih dari 190 komentar.
Seseorang bernama Pakage Beni, bahkan berani menulis kritik tajam langsung di fan page Luhut Pandjaitan, di tengah riuh rendah pujian terhadap Luhut.
"Pak Luhut, beliau Theys mati karena tuntutan Papua Merdeka, kenapa hapus logo bendera Bintang Kejora di pusaranya....Anda tidak menghargai perjuangan beliau, dan kami tahu dari apa yang bapak buat, berteman dengan Theys karena kepentingan. Itu saja," kata dia.
"Ini suatu penghinaan besar buat orang Papua. Luhut itu tahu tidak siapa bapak Theis H Eluay? Dan siapa pelaku atas kematian beliau?. Betapa tidak malunya bapak Luhut ini," komentar Toni Bery Pagawak, salah seorang warga Papua yang memberi komentar di akun Facebook Victor.
"Menurutku, kunjungan Pak Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM untuk meletakkan karangan bunga dan mengecat warna lain dari yang ada di Tembok Makam Pahlawan Bangsa Papua Dortheys Hiyo Eluay di Sentani ini sangat identik dengan orang elektro listrik menyambungkan dua kabel yang satu positif dan yang satu negatif," kata aktivis LSM Papua, Wenas Kobagau, lewat situs berita yang dikelolanya.
"Hasil sambungan kedua kabel negatif dan positif ini tetap tidak terima dan dia akan meledak. Kunjungan Pak Menkopolhukan juga demikian yaitu kabel positifnya kronologis pembunuhan Theys dan kabel negatifnya kunjungan Menkopolhukam ke makam yang tak akan dapat tersambung karena kronologis pembunuhan Pemimpin Bangsa Papua Dortheys Hiyo Eluay ini sudah dunia tahu dan anak kecil saja sudah tahu apalagi secara detail sudah ada dalam bukunya Pdt Benny Giyai," tulis dia.
Sekjen United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Octovianus Mote, juga tak ketinggalan memberikan komentar. "Luhut adalah Jenderal Kopassus. Yang eksekusi Bapak Theys, Pemimpin Bangsa Papua adalah Kopassus. Anggota Kopassus yang membunuh Pemimpin kita di anugerahi Bintang Penghormatan dan dipromosikan pangkat dan jabatannya," tulis dia.
Editor : Eben E. Siadari
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...