10 Tahun Tsunami, Indonesia Tuan Rumah KTT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Memperingati 10 tahun tsunami di Samudra Hindia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) didukung oleh Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC)/Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) dan Kemenristekdikti menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 24 - 25 November di Auditorium Gedung BMKG, Jakarta.
Acara dibuka oleh Menristekdikti M Nasir. Selain Kepala BMKG dan beberapa pejabat teras Kemenristekdikti, konferensi dihadiri lembaga internasional seperti UNESCO, World Meteorological Organization (WMO), dan negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), serta 24 negara yang berada di Samudra Hindia dan merupakan sebagian negara penerima informasi potensi tsunami dari Regional Tsunami Service Provider (RTSP).
Sejak 2008, Indonesia telah ditetapkan sebagai RTSP untuk 28 negara di Samudra Hindia bersama Australia dan India. Penetapan itu merupakan kepercayaan dunia atas keberhasilan Indonesia dalam menjaga, mengoperasikan dan secara konsisten melakukan pemeliharaan dan perbaikan Sistem Peringatan Dini Tsunami (Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia S, Indonesia Tsunami Early Warning System –InaTEWS) yang memberikan informasi potensi tsunami untuk wilayah Samudra Hindia, oleh BMKG.
Kepala BMKG Andi Eka Sakya menjelaskan konferensi internasional itu juga menjadi langkah awal penjajakan kesimpulan sebagai bahan untuk The 3rd UN World Conference on Disaster Risk Reduction yang akan diselenggarakan 14 - 18 Maret 2015 di Sendai, Jepang.
“Melalui BMKG, Indonesia menjadi tonggak pendirian Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (IOTWS) sebagai wujud keterpaduan upaya bersama di bawah koordinasi IOC/UNESCO dalam rangka pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami,” Andi Eka Sakya memaparkan.
Dalam pidato pembukaannya, Menristekdikti menyatakan kebanggaannya terhadap Ina-TEWS), “Hampir semua peringatan tsunami yang dikeluarkan lebih cepat dari waktu yang ditargetkan yaitu lima menit setelah gempa,” ujarnya.
“Kita tidak hanya cukup angkat bicara, tapi menentukan apa yang akan kita lakukan ke depan. Bahkan di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, kami coba juga mengkoordinasikan pendidikan tinggi yang mempunyai bidang ilmu yang berkonsentrasi pada bidang oceanografi. Pengembangan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia diharapkan ke depan lebih baik dalam penyampaian informasi dan pengamanan, dan bagaimana mengajak masyarakat tidak panik serta mengetahui apa yang harus dilakukan ketika ada gempa, sehingga tidak ada lagi korban jiwa,” ujar M Nasir mengakhiri pidatonya. (ristek.go.id)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...