Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 12:02 WIB | Selasa, 11 Maret 2025

1.000 Orang Tewas dalam Bentrokan dan Pembunuhan Balas Dendam di Suriah

1.000 Orang Tewas dalam Bentrokan dan Pembunuhan Balas Dendam di Suriah
Keluarga dan tetangga menghadiri prosesi pemakaman empat anggota pasukan keamanan Suriah yang tewas dalam bentrokan dengan loyalis Presiden terguling Bashar Assad di pesisir Suriah, di desa Al-Janoudiya, sebelah barat Idlib, hari Sabtu, 8 Maret 2025. (Foto-foto: AP/Omar Albam)
1.000 Orang Tewas dalam Bentrokan dan Pembunuhan Balas Dendam di Suriah
Warga desa laki-laki berdoa selama pemakaman empat anggota pasukan keamanan Suriah yang tewas dalam bentrokan dengan loyalis Presiden terguling Bashar Assad di pesisir Suriah, di desa Al-Janoudiya, sebelah barat Idlib, hari Sabtu, 8 Maret 2025.

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Jumlah korban tewas akibat bentrokan selama dua hari antara pasukan keamanan Suriah dan loyalis Presiden terguling Bashar al Assad dan pembunuhan balas dendam yang terjadi setelahnya telah meningkat menjadi lebih dari 1.000 orang, menurut kelompok pemantau perang pada hari Sabtu (8/3), menjadikannya salah satu tindakan kekerasan paling mematikan sejak konflik Suriah dimulai 14 tahun lalu.

Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan selain 745 warga sipil tewas, sebagian besar akibat penembakan dari jarak dekat, 125 anggota pasukan keamanan pemerintah dan 148 militan dari kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan al Assad tewas. Ditambahkannya, listrik dan air minum terputus di sebagian besar wilayah di sekitar kota Latakia.

Bentrokan yang meletus pada hari Kamis (6/3) itu menandai eskalasi besar dalam tantangan terhadap pemerintah baru di Damaskus, tiga bulan setelah pemberontak mengambil alih kekuasaan setelah menyingkirkan Assad dari kekuasaan.

Pemerintah mengatakan bahwa mereka menanggapi serangan dari sisa-sisa pasukan al Assad dan menyalahkan "tindakan individu" atas kekerasan yang merajalela.

Pembunuhan Balasan antara Sunni dan Alawite

Pembunuhan balas dendam yang dimulai pada hari Jumat (7/3) oleh orang-orang bersenjata Muslim Sunni yang setia kepada pemerintah terhadap anggota sekte minoritas Alawite al Assad merupakan pukulan besar bagi Hayat Tahrir al-Sham, faksi yang memimpin penggulingan pemerintahan sebelumnya. Alawite merupakan bagian besar dari basis pendukung al Assad selama beberapa dekade.

Penduduk desa dan kota Alawite berbicara kepada The Associated Press tentang pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata yang menembaki orang-orang Alawite, yang sebagian besar adalah laki-laki, di jalan-jalan atau di gerbang rumah mereka. Banyak rumah orang Alawite dijarah dan kemudian dibakar di berbagai daerah, dua penduduk wilayah pesisir Suriah mengatakan kepada AP dari tempat persembunyian mereka.

Mereka meminta agar nama mereka tidak dipublikasikan karena takut dibunuh oleh orang-orang bersenjata, seraya menambahkan bahwa ribuan orang telah melarikan diri ke pegunungan terdekat untuk mencari keselamatan.

Warga Bicara Kekejaman di Satu Kota

Warga Baniyas, salah satu kota yang paling parah dilanda kekerasan, mengatakan mayat-mayat berserakan di jalan atau dibiarkan tak terkubur di rumah-rumah dan di atap gedung, dan tak seorang pun mampu mengambilnya. Seorang warga mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu menghalangi warga selama berjam-jam untuk memindahkan mayat lima tetangga mereka yang terbunuh pada hari Jumat (7/3) dari jarak dekat.

Ali Sheha, warga Baniyas berusia 57 tahun yang melarikan diri bersama keluarga dan tetangganya beberapa jam setelah kekerasan terjadi pada hari Jumat, mengatakan bahwa sedikitnya 20 tetangga dan koleganya di satu lingkungan Baniyas tempat tinggal orang Alawite, terbunuh, beberapa dari mereka di toko-toko mereka, atau di rumah-rumah mereka.

Sheha menyebut serangan itu sebagai "pembunuhan balas dendam" terhadap minoritas Alawite atas kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah al Assad. Warga lainnya mengatakan orang-orang bersenjata itu termasuk pejuang asing, dan militan dari desa-desa dan kota-kota tetangga.

"Itu sangat sangat buruk. Mayat-mayat berserakan di jalan-jalan,” saat ia melarikan diri, kata Sheha, berbicara melalui telepon dari jarak hampir 20 kilometer (12 mil) dari kota tersebut. Ia mengatakan orang-orang bersenjata itu berkumpul kurang dari 100 meter dari gedung apartemennya, menembaki rumah-rumah dan penduduk secara acak dan dalam setidaknya satu insiden yang ia ketahui, meminta penduduk untuk menunjukkan identitas mereka untuk memeriksa agama dan sekte mereka sebelum membunuh mereka. Ia mengatakan orang-orang bersenjata itu juga membakar beberapa rumah dan mencuri mobil dan merampok rumah-rumah.

Jumlah Korban Berlipat Ganda

Kepala Observatorium, Rami Abdurrahman, mengatakan bahwa pembunuhan balas dendam berhenti hari Sabtu (8/3)dini hari. “Ini adalah salah satu pembantaian terbesar selama konflik Suriah,” kata Abdurrahman tentang pembunuhan warga sipil Alawite.

Angka sebelumnya yang diberikan oleh kelompok itu adalah lebih dari 600 orang tewas. Tidak ada angka resmi yang dirilis.

Sebuah pemakaman diadakan Sabtu sore untuk empat anggota pasukan keamanan Suriah di desa barat laut Al-Janoudiya setelah mereka tewas dalam bentrokan di sepanjang pantai Suriah. Puluhan orang menghadiri pemakaman tersebut.

Laporan Resmi: Pasukan Suriah Kembali Menguasai

Kantor berita pemerintah Suriah mengutip seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah kembali menguasai sebagian besar wilayah dari para loyalis al Assad. Ia menambahkan bahwa pihak berwenang telah menutup semua jalan menuju wilayah pesisir "untuk mencegah pelanggaran dan secara bertahap memulihkan stabilitas."

Pada Sabtu pagi, jenazah 31 orang yang tewas dalam serangan balas dendam sehari sebelumnya di desa pusat Tuwaym dimakamkan di sebuah kuburan massal, kata warga. Mereka yang tewas termasuk sembilan anak-anak dan empat wanita, kata warga, yang mengirimkan foto-foto jenazah yang dibungkus kain putih saat mereka dibaringkan di kuburan massal kepada AP.

Anggota parlemen Lebanon, Haidar Nasser, yang memegang salah satu dari dua kursi yang dialokasikan untuk sekte Alawite di parlemen, mengatakan bahwa orang-orang melarikan diri dari Suriah demi keselamatan di Lebanon. Ia mengatakan tidak memiliki angka pasti.

Nasser mengatakan bahwa banyak orang berlindung di pangkalan udara Rusia di Hmeimim, Suriah, seraya menambahkan bahwa masyarakat internasional harus melindungi orang Alawite yangadalah warga negara Suriah yang setia kepada negara mereka. Ia mengatakan bahwa sejak jatuhnya al Assad, banyak warga Alawite yang dipecat dari pekerjaan mereka dan beberapa mantan tentara yang berdamai dengan pemerintah baru terbunuh.

Di bawah al Assad, warga Alawite menduduki jabatan tinggi di militer dan badan keamanan. Pemerintah baru menyalahkan para loyalisnya atas serangan terhadap pasukan keamanan baru negara itu selama beberapa minggu terakhir.

Prancis menyatakan "keprihatinannya yang mendalam" atas kekerasan baru-baru ini di Suriah. Paris "mengutuk dengan keras kekejaman yang dilakukan terhadap warga sipil atas dasar agama dan terhadap tahanan," kata kementerian luar negerinya dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.

Prancis mendesak otoritas sementara Suriah untuk memastikan penyelidikan independen "menyingkap sepenuhnya kejahatan ini."

Bentrokan terbaru dimulai ketika pasukan pemerintah mencoba menahan seorang buronan di dekat kota pesisir Jableh, dan disergap oleh para loyalis al Assad, menurut Observatory. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home