100.000 Orang Gabung pada Demo Free Iran di Paris
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 100.000 aktivis oposisi Iran melakukan unjuk rasa di ibu kota Prancis, Paris, pada hari Sabtu (9/7), salah satu aksi unjuk rasa anti rezim Iran terbesar yang diselenggarakan oleh Dewan Nasional untuk Perlawanan di Iran (NCRI).
Salah satu dari dua kelompok oposisi Iran di pengasingan, seperti dikutip Gulf News, mengatakan acara tersebut mengekspos rezim Iran yang disebut mengerikan, kediktatoran brutal yang menyiksa rakyatnya sendiri, destabilisasi Timur Tengah dan terus melakukan uji senjata nuklir yang melanggar resolusi PBB dan perjanjian nuklir tahun lalu.
Aksi itu dihadiri oleh sejumlah pendukung mereka dari Arab dan internasional, termasuk mantan kwepala Intelijen Arab Saudi, Pangeran Turki Al-Faisal, mantan Perdana Menteri Aljazair, Sid Ahmad Ghozali, mantan Menteri Informasi Jordania, Salah Gualleb, mantan Menteri Luar Negeri Mesir, Mohammad Orabi, dan Azzam Al Ahmad, anggota dari Gerakan Fatah Palestina.
Di antara pendukung internasional yang hadir adalah mantan Menteri Luar Negeri Prancis, Bernard Kouchner, dan mantan Perdana Menteri Spanyol, Joze Luis Zapater
Membebaskan Iran
Aksi masa anti rezim Iran yang disebut sebagai terbesar ini bertajuk ‘’Free Iran’’ (Bebaskan Iran) yang diharapkan memberikan suara yang didengar secara internasional dan berujuan untuk membesakan Tanah Air mereka.
Mereka berunjuk rasa dan menuntut perubahan pada rezim di Iran, menganjurkan untuk membangun demokrasi, non-ekstremis, pluralistik, dan pemerintah non-fundamentalis. Disebutkan bahwa lebih dari dua puluh pemenang Hadiah Nobel telah menyatakan dukungan mereka untuk mengumpulkan orang pada aksi "Frees Iran" ini.
Dungan Pangeran Saudi
Mantan kepala intelijen Arab Saudi, Pangeran Turki al-Faisal, menyatakan dukungan pada rakyat Iran dan menyerukan untuk menjatuhkan rezim teokratis Iran. Dia mengatakan dalam pawai ‘’Free Iran’’ di Paris, Prancis, hari Sabtu (9/7), seperti diberitakan situs berita Saudi, Al Arabiya.
Al Faisal merefleksikan sejarah persahabatan dan kerja sama antara orang-orang Arab dan Iran ketika berbicara sebelum pertemuan dengan lebih dari 100.000 aktivis oposisi Iran. Dia juga menggarisbawahi dalam berbagai di bidang agama, aspek budaya dan bahasa.
Al Faisal menyuarakan dukungannya kepada rakyat Iran dalam upaya yang disebut "perjuangan yang sah melawan rezim Khomeini", mengacu pada pendiri Republik IslamIran. Dia, seperi dikutip Al Arabiya, mengatakan "penderitaan dan penghinaan terhadap rakyat Iran" harus diakhiri.
Pangeran itu juga menegaskan bahwa dunia Muslim berdiri mendukung perjuangan rakyat Iran baik 'dalam hati dan jiwa'.
Pangeran Saudi dan sejumlah diplomat, yang menjadi salah pembicara utama pada acara itu, mengatakan bahwa rezim (Iran) saat ini bertanggung jawab atas ketegangan yang sedang berlangsung antara Iran dan negara-negara Arab. Hal itu sebagai akibat intervensi urusan internal Iran.
Dia mengingatkan sejarah rezim Iran, dan mencatat alasan mengapa Iran telah diisolasi. Dia mengkritik "isolasionis dan intervensionis kebijakan luar negeri," Khomeini yang memperdalam kesenjangan di antara dunia Islam.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...