14 Juta Penduduk Yaman Terancam Kelaparan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Kepala badan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Mark Lowcock mengatakan, Selasa (23/10), bahwa kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan tidak berdaya mencegah kelaparan yang akan segera menimpa 14 juta penduduk di Yaman.
“Kini ada bahaya yang jelas akan terjadinya kelaparan hebat di Yaman,” kata Lowcock dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Bahaya kelaparan ini akan lebih besar dan lebih buruk daripada yang bisa dibayangkan oleh para pekerja bantuan kemanusiaan, kata Lowcock menambahkan.
Pejabat bantuan PBB itu pernah memperingatkan akan bencana kelaparan di Yaman tahun lalu. Tapi, karena bantuan kemanusiaan bisa ditingkatkan dan blokade yang dilakukan Arab Saudi atas Yaman dicabut, keadaannya masih bisa diatasi.
Ia mengatakan, perkiraan yang dibuat PBB bulan lalu tentang 11 juta orang yang akan menghadapi kelaparan tidak akurat dan karena itulah ia mengumumkan angka yang lebih tinggi.
Perkiraan itu disebabkan adanya survei dan analisis terbaru yang mengatakan jumlah orang yang hidupnya sama sekali tergantung dari bantuan luar, bisa mencapai 14 juta. Itu berarti separuh dari penduduk Yaman.
Koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan kampanye pengeboman atas pemberontak Houthi mulai Maret 2015. Sejak itu, PBB memperkirakan lebih dari 10 ribu orang tewas, kebanyakan karena serangan udara.
Sebelumnya Badan Anak-Anak PBB UNICEF menyatakan krisis ekonomi Yaman dan kekerasan yang tak henti-hentinya di sebuah kota pelabuhan penting di Laut Merah berisiko menyebabkan jutaan anak-anak dan keluarga tanpa makanan, air bersih dan sanitasi.
UNICEF menyatakan layanan air dan pembuangan limbah terancam hancur karena membubungnya harga BBM akibat merosotnya nilai mata uang negara itu.
Dalam pernyataan hari Kamis (18/10), UNICEF memperingatkan bahwa keluarga-keluarga tidak mampu membeli bahan pangan pokok dan jumlah warga yang tidak tahu dari mana makanan mereka selanjutnya akan datang, yang kini mencapai 18,5 juta orang, kemungkinan akan melonjak dramatis.
Badan PBB tersebut juga menyatakan kekerasan di kota pelabuhan Hodeida mengancam terhentinya bantuan kemanusiaan penting. Perang di Yaman telah berkecamuk lebih dari tiga tahun, mengakibatkan apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...