18 Kedutaan AS Dibuka Kembali Setelah Sepekan Ditutup
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada Jumat lalu (9/8) bahwa mereka telah membuka kembali 18 dari 20 kedutaan dan konsulat di Timur Tengah dan Afrika, yang telah ditutup selama seminggu terakhir ini karena ancaman teroris.
Sementara itu, kedutaan AS di Yaman tetap ditutup karena dikhawatirkan masih berpotensi menerima serangan kelompok al Qaeda. Seperti disampaikan sky.com pada Sabtu (10/8) yang lalu, Konsulat AS di Lahore, Pakistan, masih ditutup karena masih dianggap "ancaman nyata" oleh Departemen Luar Negeri (DPN) AS.
Juru bicara DPN AS, Jen Psaki sejauh ini belum memberikan keterangan terkait aktivitas kembali 18 kantor diplomatik mereka setelah ditutup untuk umum. Sedangkan, seorang pejabat Amerika, yang telah diberitahu tentang laporan intelijen, mengatakan kepada New York Times, "Ini adalah penting, karena itu adalah orang-orang besar yang berbicara, dan telah berbicara tentang waktu yang sangat spesifik untuk serangan."
Menurut informasi tersebut, pemimpin Al Qaeda, Ayman al Zawahri menginstruksikan afiliasi mereka di Yaman, Nasser al Wuhayshi, untuk melakukan serangan besar pada awal hari Minggu lalu.
Sementara itu, kantor berita AFP, seperti dikutip mg.za memberitakan bahwa beberapa jam setelah peringatan AS diterbitkan, sebuah rekaman audio diposting di forum Islam militan di mana al-Zawahiri menuduh AS "merencanakan" bersama militer Mesir, kelompok sekular dan kelompok Kristen untuk menggulingkan Presiden Mohammed Morsi.
Dalam komentar publik pertamanya tentang penggulingan Morsi, pimpinan al-Qaeda kelahiran Mesir, Ayman al-Zawahiri mengatakan, "Tentara salib dan sekuler dan tentara Amerika telah bersatu dengan uang dari Teluk dan Amerika merencanakan untuk menggulingkan pemerintah Mohamed Morsi."
Pemerintah AS telah memperketat keamanan pos diplomatiknya sejak serangan terhadap konsulat di Benghazi, Libya pada tanggal 11 September tahun lalu. Serangan yang diduga dilakukan kelompok gerilyawan Islam itu menewaskan empat orang Amerika, termasuk Duta Besar, Chris Stevens.
Sementara itu di tempat terpisah, Presiden Barack Obama mengatakan bahwa Amerika sedang berusaha untuk memperkuat kapasitasnya untuk melawan kelompok regional Al-Qaeda. "Ini sangat terorganisir dan relatif terpusat Al Qaeda yang menyerang kita pada 9/11, dan itu sangat lemah dan tidak memiliki banyak kapasitas operasional," kata Obama.
Obama mengakui tantangan tersebut pada konferensi pers, pada Jumat (9/8) lalu seperti disampaikan situs nytimes, selanjutnya Obama mengatakan bahwa ketika kepemimpinan inti Al-Qaeda di Pakistan telah "hancur", organisasi teroris itu telah "menjalar ke dalam kelompok-kelompok regional yang dapat menimbulkan bahaya yang signifikan."
Seperti diberitakan aljazeera, pada Minggu (10/8) kemarin, tiga tentara Amerika tewas dalam serangan di wilayah perbatasan timur Afghanistan. Seorang pejabat AS mengatakan pada hari Minggu bahwa para pejuang di provinsi Paktia menewaskan tentara dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional yang dipimpin NATO (ISAF). (mg.co.za)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...