Seorang Prajurit Prancis Ditangkap, Diduga Lakukan Penembakan di Musholla
LYON, SATUHARAPAN.COM - Seorang prajurit yang tergabung dalam Tentara Angkatan Udara Prancis, berusia 23 tahun ditangkap setelah berusaha melakukan tindak kekerasan di Masjid Minguettes, tempat ibadah yang terletak di pinggiran kota Lyon pada Minggu (11/8).
Penyidik kepolisian mengatakan bahwa pria tersebut berusaha mengarahkan senjata ke sebuah masjid, tentara angkatan udara itu berusia 23 tahun dan diduga memiliki keterkaitan dengan organisasi ekstrim kanan.
Penyelidik Investigasi dari Kementerian Dalam Negeri (DCRI) mengatakan bahwa prajurit tersebut memiliki beberapa amunisi yang masuk dalam kategori empat, dan biasa dipersiapkan untuk perlengkapan terorisme.
Menteri Dalam Negeri, Manuel Valls mengatakan pemuda yang ditangkap di pangkalan udara Lyon di kawasan Mont Verdun, akan melaksanakan aksi serupa pada beberapa masjid di Lyon.
“Tersangka diduga telah merencanakan untuk menembak pistol terhadap sebuah masjid di wilayah Lyon,” kata Valls.
Menurut Valls, tersangka juga sebelumnya pernah melakukan aksi hampir serupa pada malam 20-21 Agustus 2012, yakni dengan pelemparan bom Molotov di pintu masjid di Libourne (Gironde).
Menurut sumber yang dekat dengan penyelidikan kepolisian Bourgogne, Lyon, pemuda itu kesepian, memiliki psikologis rapuh, berada dalam kesulitan keluarga merupakan alasan utama prajurit berusia 23 tahun tersebut melakukan penyerangan dan tak ada kaitannya dengan anti agama.
Pernyataan serupa dikemukakan Menteri Dalam Negeri Manuel Valls, "kami menyambut agen DCRI melakukan penyelidikan dan berharap ada keadilan bagi tersangka.”
“Kementerian menegaskan bahwa pihaknya adalah yang paling bertekad untuk melawan segala bentuk kekerasan, terutama mereka yang terinspirasi ideologi ekstremis. Apalagi organisasi tersebut berpotensi mempengaruhi nilai-nilai negara dan menyebarkan iklim kebencian, " kata Valls.
Ketika ditanya, tentang kelompok ekstrimis yang ada di Prancis, karna Kementerian Pertahanan belum memberikan komentar, Manuel Valls menjawab bahwa akan diserahkan ke kepolisian.
“Ini adalah tugas polisi,” kata menteri berusia 50 tahun tersebut.
Abdallah Zekri, presiden dari Gerakan melawan Islamophobia berkomentar senang dengan penangkapan tersebut.
"Saya ikut senang bahwa orang ini telah ditangkap, dikhawatirkan nantinya dia bisa melakukan perbuatan keji lain menargetkan komunitas Muslim,” menurut Abdallah.
Abdallah mengatakan bahwa tingginya kebencian terhadap Islam meningkat, namun dia menghimbau agar banyak orang tidak tergiur untuk masuk dalam kebencian.
"Prosentase angka anti-muslim meningkat 50% pada semester pertama tahun ini, adalah baik bagi orang tersebut menempatkan diri keluar dari bahaya,” kata Abdallah.
Manuel Valls pernah berkomentar terkait beberapa serangan serupa yang menimpa kelompok minoritas di Prancis, Manuel Valls mengatakan bahwa saat ini baik bagi kita untuk melakukan blokir secara aktif terhadap situs-situs yang terlarang di Internet, yang mengajarkan kejahatan dan tindak kekerasan.
"Mengawasi di Internet adalah salah satu trek untuk menemukan jawaban dari orang-orang yang melakukan aksi secara individu, dan bukan dalam kelompok terstruktur yang berbasis di luar negeri,” kata Valls.
Manuel Valls menambahkan bahwa internet merupakan sarana paling ampuh untuk menegakkan terorisme, dan ini merupakan awal dari radikalisasi pada generasi muda.
"Internet telah menjadi sebuah kendaraan untuk propaganda, radikalisasi dan perekrutan untuk jihad berkaitan dengan terorisme. Ini juga merupakan tempat pertukaran informasi antar teroris, oleh karena diperlukan deteksi dini dari kementerian dan teknologi di Prancis," kata Menteri Dalam Negeri. (france24.com/afp.fr/liberation.fr)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...