2.000 Orang Mengungsi di Pilipine Selatan Akibat Kontak Senjata Militer dan Pemberontak
MANILA, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 2.000 orang meninggalkan rumah mereka di Filipine selatan menyusul bentrokan bersenjata antara pasukan pemerintah Pilipine dengan anggota Bangsamoro Islamic Freedom Fighter (BIFF) yang ingin memisahkan diri. Bentrokan itu diduga sebagai upaya untuk menggagalkan pembicaraan damai yang sedang berlangsung.
Kelompok BIFF berlindung di sebuah sekolah di desa Nalapaan, di dekat kota Aleosan di Provinsi Maguindanao. Gubernur Manguindanao, Emmylou Mendoza mengatakan, pertempuran utama berlangsung di desa-desa dekat kota Aleosan sekitar 930 kilometer selatan ibukota Pilipine, Manila. Namun sejauh ini dilaporkan tidak ada korban.
Kelompok pemberontak BIFF dituding melakukan serangkaian serangan bom yang menewaskan 17 orang selama dua minggu terakhir.
Polisi juga telah melaporkan dua insiden kekerasan lainnya di Mindanao beberapa hari belakangan, termasuk ledakan granat yang melukai empat orang di kota Kabacan, Jumat lalu.
Pada hari Sabtu, sebuah bom rakitan meledak di pinggir jalan dekat kota Upi Utara, melukai bebereapa orang. Dan polisi berhasil menjinakkan beberapa peledak lainnya.
Pemerintah menuduh BIFF melakukan serangan dalam upaya untuk mengganggu perundingan yang sedang berlangsung antara pemerintah dan kelompok pemberontak utama, Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Pembicaraan bertujuan untuk mengakhiri konflik selama puluhan tahun yang telah menelan korban 150.000 jiwa. Kedua belah pihak telah sepakat untuk membentuk badan otonom baru pada tahun 2016, dan rincian kesepakatan itu tengah dibahas.
BIFF memisahkan diri dari MILF pada tahun 2011 dan telah bersumpah untuk berjuang mendirikan sebuah negara Islam di Mindanao. MILF tidak lagi menuntut kemerdekaan dan menerima otonomi yang lebih besar bagi komunitas Muslim Filipina. (inruirernews.net / dw.de)
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...