25 Lapas di Jatim Rawan Rusuh
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 25 rumah tahanan (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (Lapas) di Jawa Timur (Jatim) berstatus rawan kerusuhan karena mengalami over kapasitas. Banyaknya rutan dan lapas di Jawa Timur yang overload dikarenakan banyaknya tahanan kasus narkoba.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil Kemekumham) Jatim, Indro Purwoko tidak menyangkal kondisi rawan konflik yang dapat terjadi sewaktu-waktu di rutan dan lapas di Jatim. “Segala kemungkinan bisa terjadi, namun kami berusaha semaksimal mungkin mengantisipasi hal-hal seperti itu,” kata Indro Purwoko saat dihubungi situs berita setempat, pada Selasa ini (20/8).
“Banyaknya napi tahanan kasus narkoba membuat rutan atau lapas menjadi over kapasitas hingga berkali-kali lipat,” kata Kepala Kanwil Kemekumham menambahkan.
Berdasarkan data Kanwil Kemenkumham Jatim, tercatat sampai dengan hari ini bahwa ada 25 rutan dan lapas yang mengalami overload dan hanya ada 10 rutan atau lapas saja yang tidak mengalami kelebihan penghuni. Menurut data yang sama, rutan yang terletak di Waru Sidoarjo mengalami kelebihan kapasitas hingga mencapai tiga kali lipat dan paling parah kondisi over kapasitasnya terjadi di Rutan Klas I Surabaya.
Selain itu, Rutan Medaeng yang menampung kapasitas sebanyak 504 tahanan justru saat ini memiliki 1.542 tahanan dan hanya dijaga sebanyak 142 sipir. Kondisi serupa juga terjadi pada Lapas Klas IIB Banyuwangi yang mengalami over kapasitas mencapai tiga kali lipat. Dari total kapasitas 260 tahanan, ternyata Lapas Banyuwangi dihuni sebanyak 842 tahanan.
Kerusuhan Lapas Di Sejumlah Daerah
Belum lama ini, sekitar 30 tahanan Lapas kelas II A Labuhan Ruku, Batubara, Sumatera Utara melarikan diri pada hari Minggu pagi (18/8), setelah terjadi kerusuhan. Sebulan sebelumnya, 11 tahanan kabur dari Rutan Batam, pada hari Kamis (18/7). Rutan Batam juga mengalami kelebihan penghuni yang mestinya dihuni 250 orang, namun dipaksa menampung 468 orang.
Seminggu sebelumnya, pada 11 Juli, terjadi kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta Medan yang dipicu dari pemadaman arus listrik di wilayah sekitar Tanjung Gusta, termasuk aliran listrik di LP tersebut. Selain disebabkan pemadam listrik, kerusuhan di LP Tanjung Gusta terjadi karena over kapasitas sekitar 100 persen. Kapasitas yang tersedia 1054 orang, tapi saat ini dihuni sebanyak 2.600 orang. Menurut informasi dari kantor Kemenkumham, kerusuhan di Tanjung Gusta juga pernah terjadi di tahun 1990-an juga terkait dengan pasokan air. (beritajatim.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...