26 Imigran Rohingya Ditemukan Bersembunyi di Sebuah Pulau di Malaysia
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM-Sebanyak 26 pengungsi Rohingya yang dikhawatirkan tenggelam ketika mencoba berenang di pulau wisata Langkawi, Malaysia, ditemukan hidup dan bersembunyi di semak-semak di pulau terdekat, kata seorang pejabat senior penjaga pantai, hari Senin (27/7).
Malaysia tidak mengakui status pengungsi Rohingya, tetapi negara mayoritas Muslim ini adalah tujuan favorit bagi Muslim Rohingya yang mencari kehidupan yang lebih baik setelah lolos dari penumpasan militer tahun 2017 di Myanmar, dan baru-baru ini di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Pada Sabtu (25/7) malam, seorang Rohingya berenang ke pantai dari sebuah perahu kecil di lepas pantai barat Langkawi. Para pejabat khawatir bahwa sisa dari kelompok itu tenggelam ketika mencoba mencapai pantai, tetapi mereka kemudian ditemukan di sebuah pulau di lepas pantai.
"Mereka ditemukan bersembunyi di semak-semak di pulau itu," kata Mohd Zubil Mat Som, Direktur Jenderal Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA) mengatakan dalam sebuah pesan teks.
Perdagangan Manusia
Pihak berwenang telah menahan para pengungsi. Dua migran Rohingya juga telah ditangkap karena diduga melakukan perdagangan manusia sehubungan dengan orang-orang yang ditemukan, kata Mohd Zubil.
Para pengungsi itu diyakini telah dipindahkan ke sebuah perahu kecil untuk menyelinap ke Malaysia, setelah melakukan perjalanan dengan "kapal induk" yang membawa ratusan Rohingya dari Bangladesh, kata pejabat penjaga pantai itu.
Dalam sebuah pernyataan, direktur provinsi MMEA, Mohd Zawawi Abdullah, mengatakan para pengungsi diselundupkan ke kapal penangkap ikan lokal yang bertindak sebagai "pengangkut" untuk membawa mereka ke Langkawi.
"Investigasi kami menemukan bahwa sindikat ini mentransfer migran dari kapal induk di dekat perbatasan maritim ke perahu nelayan setempat untuk menghindari pihak berwenang setempat," kata Zawawi.
Bulan lalu, Malaysia menahan 269 Rohingya yang tiba di Langkawi dengan kapal yang rusak. Mohd Zubil mengatakan pada saat itu bahwa lusinan orang di kapal itu diyakini tewas dalam perjalanan yang berlangsung selama empat bulan.
Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, mengatakan bulan lalu Malaysia tidak dapat menerima Rohingya lagi, dengan alasan ekonomi yang terpukul oleh pandemi virus corona. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...