29 Tewas Akibat Perahu Imigran Gelap Tenggelam di Perairan Sukabumi
SUKABUMI, SATUHARAPAN.COM – Dari 120 imigran yang sebagian besar berasal dari Libanon, Yordania, dan Yaman, 29 tewas akibat kapal mereka karam di perairan Sukabumi.
Korban kemudian terbawa arus hingga terdampar di Pantai Sindanglaut tepatnya Kampung Genggong, Desa Sindang Laut, Kecamatan Agrabinta, Cianjur.
Tim penyelamat menemukan delapan mayat di tiga tempat terpisah Minggu, kata Kapten Warsono, kepala polisi Agrabinta di distrik tetangga Cianjur.
Pencarian Korban Dijadwalkan Senin
Jumlah korban bisa meningkat 28-35, tambah Warsono. Dia tidak mengungkapkan di mana atau bagaimana korban ditemukan . Pencarian korban dijadwalkan untuk melanjutkan Senin.
Menurut keterangan korban yang selamat Mubarok (32), mereka mulai berlayar dari sebuah pelabuhan di Jakarta menuju pulau Christmas Australia Kamis (26/9) pagi menggunakan sebuah kapal bermotor. Jumlah rombongan sebanyak 120 orang.
Setiba di perairan Tegal Buleud Sukabumi Jumat (27/9) dini hari mesin perahu mati. Mereka pun terombang-ambing di atas kapal selama berjam-jam. “Kapal kemudian tersapu angin dan ombak hingga tenggelam, kami lalu berloncatan menyelamatkan diri,” kata laki-laki yang mengerti bahasa Indonesia ini.
Para imigran itu kemudian terbawa arus hingga terdampar di Pantai Sinarlaut tepatnya Kampung Genggong, Desa Sinar Laut, Kecamatan Agrabinta, Cianjur. Sebagian tewas, tetapi banyak yang selamat.
Warga sekitar pun dikejutkan banyak terdamparnya warga asing berwajah Timur Tengah di pesisir pantai sekitar pukul 11.00. Korban selamat kemudian meminta pertolongan warga.
Petugas dibantu warga masih mencari korban yang belum ditemukan. Danramil Agrabinta, Kapten Inf Wisnu Widiatmoko didampingi Batibung Serma Gian Sugiharta ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Menurut Wisnu, pihaknya bersama anggota polisi dan warga terus berusaha membantu dan mencari korban yang masih hilang di seputar pantai. “Evakuasi dan pencarian masih terus dilakukan,” tegasnya.
Korban Dirawat di Rumah Penduduk
Camat Agrabinta Erus Ruskandar Fasya mengatakan, korban yang selamat sebagian dirawat di rumah-rumah penduduk. Selain memberikan pertolongan kepada korban selamat, pihaknya beserta petugas gabungan juga masih melakukan pencarian korban.
“Petugas gabungan, terdiri dari polsek, koramil dan relawan dibantu warga juga masih melakukan pencarian. Karena dikhawatirkan masih ada korban yang terapung di laut,” terangnya.
Terpisah, Kapolres Cianjur AKBP Dedy Kusuma Bakti menyebutkan, TKP tenggelamnya kapal pengangkut diduga imigran gelap ini berada di Perairan Sukabumi. Akan tetapi, adanya korban yang terbawa arus hingga ke perairan Cianjur Selatan, pihaknya mengerahkan bantuan untuk proses evakuasi. “Itu kejadiannya di Sukabumi, kita hanya bantu proses evakuasi korban yang terbawa arus ke Agrabinta,” ungkapnya.
Kapal Terombang-ambing di Perairan Timor
Selain di Sukabumi, kapal pengangkut imigran 31 imigran gelap asal Iran dan Afghanistan terombang- ambing di lautan lepas di wilayah perbatasan antara Indonesia- Australia, Minggu 29 Agustus 2013.
Imigran ditolong kapal Bea Cukai ACV Triton milik Australia di perairan Laut Timor, setelah sebelumnya karena terombang-ambing dihantam gelombang tinggi, sebelum diselamatkan kapal Australia. "Perahu para imigran itu diselamatkan kapal bea cukai Australia," katanya kepada Tempo, Minggu, 29 September 2013.
Dari 31 imigran itu, 30 orang di antaranya berasal dari Iran dan satu asal Afghanistan. Imigran Iran terdiri dari 20 laki-laki, 5 perempuan, 3 anak laki-laki, dan dua balita. Turut diselamatkan 3 anak buah kapal asal Indonesia.
Marak
Maraknya peristiwa kapal pengangkut imigran gelap pencari suaka yang tenggelam di perairan Cianjur Selatan, mendapat perhatian serius pemerintah Australia. Sepanjang 2013, dilaporkan sudah 18 ribu pencari suaka tiba di Australia dan angka tersebut kian hari kian bertambah. Kebanyakan dari para pengungsi tersebut berasal dari Afghanistan, Sri Lanka, dan Iran, yang berupaya mencari peruntungan hidup di Australia.
Perdana menteri terpilih Australia Tony Abbott pun sudah memberlakukan kebijakan baru yang ketat untuk mencegah pencari suaka masuk ke wilayah Australia dari perairan Indonesia dengan perahu, sejak 18 September lalu.
Sekitar 400 perahu pencari suaka mencapai Australia selama 12 bulan terakhir, dan sekitar 45 ribu pencari suaka telah tiba di Australia sejak tahun 2007, ketika pemerintahan Partai Buruh melonggarkan kebijakan imigrasinya, dan kemudian memperketatnya kembali karena kecaman para pemilih. (washingtonpost.com/VOA/radarsukabumi.com)
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...