3 Pejabat Senior IMF di Afganistan Meninggal Akibat Serangan Taliban
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Tiga pejabat Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund /IMF) meninggal akibat serangan bom bunuh diri di Kabul, Afganistan. Mereka satu warga negara Inggris dan dua dari Kanada, termasuk di antara 21 orang yang meninggal akibat serangan itu.
Di antara korban serangan di sebuah restoran yang populer di Kabul adalah 13 warga asing, kata polisi setempat. Digambarkan para pelanggan putus asa dan mencoba untuk bersembunyi di bawah meja ketika salah satu penyerang datang dan meledakkan rompi bom. Sementara dua orang bersenjata masuk dan melepaskan tembakan.
Di antara yang meninggal adalah perwakilan senior IMF dari Inggris dan Kanada. Selain itu, ada empat saf PBB di sana juga meninggal, namun tidak diketahui kebangsaannya. Pemilik restoran asal Lebanon dikabarkan meninggal setelah mencoba untuk menembak kembali pada para penyerang.
"Angka korban terbaru adalah 21 meninggal, termasuk 13 orang asing dan delapan warga Afghanistan," kata kepala polisi Kabul, Mohammad Zahir hari Sabtu (18/1). "Lima perempuan termasuk di antara yang meninggal dan sekitar lima orang luka-luka."
Restoran Taverna telah lama berdiri dan menjadi tempat makan biasa bagi para diplomat asing, konsultan, pekerja bantuan untuk Afghanistan , dan sibuk dengan pelanggan pada hari Jumat (17/1), hari libur mingguan di Afghanistan.
Seperti kebanyakan di Kabul, restoran itu menjalankan pemeriksaan keamanan yang ketat dengan pengunjung harus melewati penjaga bersenjata dan setidaknya dua pintu baja sebelum diizinkan masuk.
PBB Mengecam
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, mengecam keras pembantaian itu. Dia mengatakan bahwa "serangan yang ditargetkan terhadap warga sipil seperti itu benar-benar tidak dapat diterima dan pelanggaran mengerikan terhadap hukum kemanusiaan internasional."
Serangan itu diklaim oleh militan Taliban yang menyatakan berperang melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat di negara itu.
Seorang juru bicara militan mengatakan bahwa serangan itu untuk membalas serangan udara AS di Provinsi Parwan pada hari Selasa (14/1) malam. Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, mengatakan serangan itu membunuh tujuh anak-anak dan satu perempuan.
"Pasukan invasi telah membom secara brutal terhadap warga sipil ... dan mereka telah mati syahid dan melukai 30 warga sipil. Ini adalah serangan balas dendam dan kami melakukannya dengan baik, dan kami akan terus melakukannya," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, dalam sebuah pernyataan.
Para pemberontak secara teratur membuat klaim berlebihan dan tidak benar tentang korban meninggal setelah serangan.
"Saya sedang duduk dengan teman-teman di dapur ketika ledakan terjadi dan asap memenuhi dapur," kata Abdul Majid, juru masak kebab kepada AFP. Dia dirawat untuk luka dan patah tulang kaki di rumah sakit terdekat.
"Seorang pria datang dalam berteriak, dan mulai menembak. Salah satu rekan saya ditembak dan jatuh. Saya berlari ke atap dan menjatuhkan diri ke rumah sebelah," kata dia.
Komando keamanan elit bergegas untuk menutup jalan-jalan kecil di sekitar restoran dan melakukan tembakan sporadis.
Penarikan Pasukan NATO
"Kami dengan tegas mengecam, tentu saja, pada perbuatan tercela terorisme ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki di Washington.
Badan intelijen Afghanistan mengatakan mereka menggagalkan beberapa rencana serangan di ibu kota negara itu, termasuk bom truk, bom bunuh diri dan serangan pria bersenjata selama tahun lalu.
Pasukan NATO akan ditarik dari Afghanistan setelah lebih dari satu dekade melawan Taliban di sana, tetapi negosiasi terhenti pada perjanjian keamanan yang akan memungkinkan sebagian tentara AS dan NATO untuk bertahan setelah 2014.
Pasukan keamanan Afghanistan yang masih muda menghadapi tahun yang sulit pada 2014 ini, di mana pemberontak mencoba untuk mengganggu pemilihan umum yang akan dilakukan pemilu 5 April mendatang. Pemilu diadakan untuk memilih pengganti Karzai. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...