300 Pelajar Muslim Bersenjata Serbu Sekolah Kristen di Pakistan
KARACHI, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 300 pelajar Islam bersenjata jeruji dan tongkat besi menyerbu sekolah Kristen khusus laki-laki di Pakistan bagian utara, sebagai aksi pembalasan atas publikasi gambar kartun Nabi Muhammad yang dilakukan oleh tabloid satiris Prancis, Charlie Hebdo.
Fides.org yang melaporkan kejadian ini pada 30 Januari lalu, menyatakan empat orang siswa Kristen terluka. Para penyerbu menuntut penutupan sekolah tersebut.
"Hal ini sangat menyedihkan bahwa para radikalis Islam menyerang orang-orang Kristen Pakistan karena Charlie Hebdo. Padahal orang Kristen juga mengutuk kartun yang menghujat. Ini memalukan bahkan setelah 67 tahun sejak kelahiran Pakistan, orang Kristen belum dianggap warga Pakistan, namun dipandang sebagai 'sekutu Barat,' "kata Nasir Saeed, direktur sebuah lembaga bantuan hukum, kepada kantor berita Fides
Serangan itu terjadi pada SMA Panel di Kota Bannu, di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Pada aksi itu para siswa Muslim ternyata mampu melompati dinding luar sekolah dan membuka gerbang sebelum menyerang orang-orang Kristen.
Sekolah telah ditutup setidaknya selama dua hari dan langkah-langkah pengamanan pun ditambah untuk melindungi siswa.
Akhir pekan lalu, massa Muslim juga membakar sejumlah gereja dan rumah pendeta di Nigeria, sebagai protes atas gambar kartun Charlie Hebdo itu. Setidaknya 10 orang meninggal dalam bentrokan. Seorang pendeta di ibu kota Niamey mengungkapkan hampir semua orang yang berhubungan dengan gereja-gereja menjadi sasaran.
Di Pakistan, unjuk rasa juga berlangsung memprotes Charlie Hebdo, dan umat Islam bersikeras bahwa kebebasan berbicara tidak memberikan hak untuk tidak menghormati agama.
Sebetulnya, di kalangan Kristen pun gambar kartun karya Charlie Hebdo mendapat kritik. Pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Patriarch Kirill, hari Minggu lalu dalam khotbahnya menyinggung hal itu.
"Kartun Nabi Muhammad adalah karikatur kekanak-kanakan, bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan tabloid itu mencemooh perasaan orang Kristen," kata Kirill.
"Hari ini, dengan mengatakan 'tidak' untuk terorisme, pembunuhan, kekerasan, kami juga mengatakan 'tidak' pada upaya sekelompok orang tertentu untuk mencemooh perasaan religius."
Beberapa pemimpin Kristen lainnya, termasuk Paus Fransiskus, mengatakan adalah salah untuk mengejek agama sedemikian rupa, sementara ia juga menentang terorisme.
"Anda tidak bisa memprovokasi. Anda tidak bisa menghina iman orang lain. Anda tidak bisa mengolok-olok iman orang lain," kata Paus Fransiskus kepada wartawan setelah serangan atas Charlie Hebdo.
Komunitas Kristen minoritas di Pakistan telah ditarget baik oleh undang-undang penghinaan agama yang dibuat pemerintah, maupun oleh massa radikal yang berusaha untuk main hakim sendiri.
Saeed mengatakan bahwa orang Kristen di komunitas tersebut sering menjadi sasaran kejadian di negara-negara Barat.
"Setiap kali insiden terjadi di negara-negara Barat, Pakistan selalu diserang. Kristen yang selama ini sudah hidup dalam ketakutan, semakin rentan," kata Saeed.
"Ini adalah tugas para politisi 'untuk menciptakan lingkungan budaya dan masyarakat di mana orang-orang Kristen dan agama minoritas merasa aman."
Editor : Eben Ezer Siadari
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...