300 Ribu Pasukan untuk Amankan Pemilu Afghanistan
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Dua hari menjelang pemilu di Afghanistan, keamanan di jalan-jalan Kabul diperketat. Meski demikian, serangan militan terus terjadi.
Juru bicara kementerian pertahanan Afghanistan Jenderal Mohammad Zahir Azimi mengatakan semua usaha dilakukan untuk mengamankan pemilu 5 April itu.
“Kami tidak bisa katakan musuh tidak akan menyerang. Mereka akan berusaha melancarkan serangan bunuh diri dan serangan bom di sejumlah kawasan. Tapi saya bisa katakan kami memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menggagalkan mereka,” kata Azimi.
Lebih 300.000 pasukan keamanan terdiri atas polisi dan tentara disebar di seluruh pelosok negara itu.
“Para komandan pasukan khusus kami juga siaga di seluruh penjuru, di berbagai provinsi yang mungkin mereka diperlukan untuk merespons situasi darurat. Kami juga memiliki pasukan khusus yang siap melakukan razia malam hari,” Azimi menambahkan.
Begitupun aksi-aksi reli politik di jalanan secara umum berlangsung damai selama masa kampanye. Serangan-serangan militan terpusat pada polisi, pejabat pemilu, caleg lokal, dan orang asing.
Polisi memimpin upaya pengamanan pemilu. Beberapa pemilih, bertekad memberikan suaranya dalam pemilu kali ini. “Kami rakyat Afghanistan harus memastikan keamanan kami sendiri. Meski ada banyak ancaman, kami akan tetap pergi ke TPS,” kata permiluih bernama Asad.
Sementara lainnya, tidak mau mengambil risiko. “Hanya anggota parpol yang akan memilih, meskipun mereka juga takut. Tidak ada yang mau mengorbankan nyawa, tidak ada jaminan keamanan. Jika Kabul saja tidak aman, bayangkan di daerah-daerah lain,” ujar pemilih bernama Qais.
Taliban pada Rabu (2/4) kembali memperingatkan rakyat Afghanistan agar tidak ikut pemilu, atau akan dibunuh. Berbagai hotel dan restoran yang sering dikunjungi orang asing dan warga lokal ditutup karena khawatir diserang. (VOA)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...