31 Kisah Pekerja Rumah Tangga Dibukukan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Puluhan Pekerja Rumah Tangga (PRT) menuangkan kisah-kisah mereka ke dalam sebuah buku. Kisah-kisah pekerja rumah tangga ini diluncurkan di Jakarta pada Kamis (10/8) dalam acara Peluncuran Buku dan Monolog Kami Tidak akan Diam: 31 Kisah Pekerja Rumah Tangga di Balik Tembok Ruang Domestik.
Buku ini hasil kerja sama Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Jakarta sebagai upaya mendokumentasikan kehidupan dan perjuangan pekerja rumah tangga Indonesia agar diakui sebagai pekerja.
Terdiri dari 31 kisah dan ditulis oleh 27 pekerja rumah tangga, buku ini diharapkan bisa mengubah persepsi dan stigma mengenai pekerja rumah tangga. Melalui kisah-kisah ini, para pekerja rumah tangga berusaha mengubah sistem yang tidak adil, dengan mendesak bahwa apa yang mereka lakukan di rumah majikan harus diakui sebagai pekerjaan, menempatkan mereka sebagai pekerja, mereka harus terlindungi secara hukum melalui undang-undang, hak kerja mereka harus dihormati seperti layaknya pekerja lainnya. Pekerja rumah tangga anak juga harus dihapuskan.
“Hari ini hari yang membahagiakan. Karena kita semua berkumpul dan mempersembahkan satu buku. Judulnya "Kami Tidak akan Diam". Kami tidak akan diam artinya kami akan terus bersuara, termasuk menulis,” kata Ketua JALA PRT Lita Anggraini.
Lita Anggraini menjelaskan bahwa para pekerja rumah tangga ini menyimpan kehebatan, bakat-bakat yang selama ini terpendam.
"Kami bersama kawan-kawan PRT mulai menulis ini ketika kami mengorganisir di Yogyakarta. Semula pakai tulisan tangan, karena kami tidak menggunakan komputer maka kami tulis tangan. Terus kami bikin majalah dari tulisan tangan. Kami sebarkan,” kata dia
Awalnya tulisan mereka dibuat dalam bentuk majalah kecil dan disebar ke rumah-rumah. Setelah mengenal komputer, kemudian tulisan itu diketik, dan disebarkan melalui loper koran.
Selain menulis di majalah masing-masing dalam perkembangan selanjutnya ketika hadir media sosial maka para PRT belajar menulis melalui media sosial.
“Tadinya kami buat blog. Kemudian di Facebook. Kemudian di jurnalisme warga. Semoga ke depannya semakin bertambah kawan-kawan PRT yang menulis,” pungkas Lita Anggraini.
Kisah para PRT ini dibacakan aktor kawakan Lukman Sardi, sutradara Nia Dinata, presenter Sari Nila, aktor Morgan Oey, dan Ketua Kowani Giwo Rubianto.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...