341 Jiwa Mengungsi Antisipasi Retakan Tanah di Ponorogo
PONOROGO, SATUHARAPAN.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, hari Selasa (11/4) melaporkan sebanyak 341 jiwa mengungsi dari Dusun Watuagung Desa Dayakan, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
“Jika pada awalnya pengungsi dari Dusun Watuagung Desa Dayakan berjumlah 249, saat ini bertambah menjadi 341 jiwa menyusul dentuman suara gemuruh sangat keras sebanyak 21 kali pada Senin (10/4),” kata Sutopo dalam keterangan tertulis, hari Selasa (10/4).
Menurut dia, potensi ancaman longsor makin meningkat di wilayah Ponorogo. Tanah retak disertai bunyi gemuruh di Desa Dayakan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo menyebabkan jumlah pengungsi bertambah.
BNPB melaporkan lebar tanah yang retak mencapai sekitar panjang 300 meter, lebar 40 centimeter dan kedalaman 3 meter di Watuagung.
“Warga terdampak sebanyak 91 orang yang berlokasi di Dukuh Kliur RT 8 yang berada langsung di bawah Dusun Watuagung ikut mengungsi sehingga keseluruhan pengungsi berjumlah 341 orang,” katanya.
Sebanyak 22 unit rumah rusak dari total 69 unit rumah yang terdampak dikosongkan seluruhnya. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di rumahnya dan di sekitar daerah terlarang untuk mengantisipasi kemungkinan longsor.
Seluruh pengungsi ditempatkan dua tenda pengungsi, SD 2 Dayakan dan rumah penduduk yang ditunjuk sebagai tempat pengungsian yakni rumah Mariman, Sriyono, Nyaman, Mujoko, Siman, Giyanto.
“BPBD Ponorogo telah mendirikan Posko di Balai Desa Dayakan. Pemantauan dan koordinasi dilakukan bersama dengan Muspika dan Perangkat Desa,” katanya.
BPBD bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat memberikan bantuan logistik, tenda, tikar, selimut, terpal, kebutuhan air bersih, MCK dan lainnya. Sementara BMKG Tretes Malang telah memasang seismograf untuk mendeteksi gempa dan getaran tanah.
“Kebutuhan mendesak adalah kebutuhan keperluan balita, keperluan mandi, pakaian layak pakai, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lainnya,” katanya.
Kondisi Medan Berat
Sementara itu pencarian 24 korban hilang yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo telah dihentikan.
Sutopo mengatakan, kondisi medan yang berat dan adanya ancaman longsor susulan menyebabkan semua pihak menyepakati bahwa pencarian korban dihentikan.
“Masyarakat telah mengikhlaskan anggota keluarga yang belum berhasil ditemukan menyusul adanya longsoran susulan yang cukup besar pada hari Minggu (9/4),” katanya.
Dengan demikian, dari 28 korban jiwa yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo pada 1/4/2017, sebanyak empat jenasah berhasil ditemukan dan 24 orang dinyatakan hilang.
Sutopo mengatakan, saat ini sebanyak 300 jiwa masih mengungsi dengan kebutuhan dasar bagi pengungsi mencukupi.
“Nantinya sebagian besar dari mereka akan direlokasi. Pemda Ponorogo masih mencari lahan yang aman untuk relokasi warga nantinya,” katanya.
Masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya mengingat potensi longsor masih tinggi di wilayah Ponorogo. Hujan berintensitas tinggi masih berpeluang hingga awal Mei.
“Kondisi tanah sudah jenuh air. Apalagi kondisi batuan sudah banyak yang mengalami pelapukan sehingga mudah longsor,” katanya.
Editor : Melki Pangaribuan
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...