3P, Kunci Keberhasilan Penyembuhan Anak Autisme
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kunci perbaikan kondisi pengidap autisme adalah 3P: Program Kesehatan, Program Terapi, dan Prioritas. Itu diungkapkan Grace Hartono, Direktur PT Sumber Sinar Ilmu dalam Seminar Konferensi Autisme di Jakarta, Jumat (27/3).
Dalam sambutan pembukaannya, Grace Hartono, mengatakan bahwa kunci keberhasilan dalam menangani anak autisme adalah dengan memadukan program pendidikan perilaku atau terapi dengan program lesehan.
“Dalam kesempatan ini, saya meramu 3P, tiga kunci penting dalam proses perbaikan kondisi autisme,” ujar Grace. Adapun 3P itu ialah perangkat keras atau program kesehatan, perangkat lunak atau program terapi, dan prioritas. Grace mengandaikan program khusus anak autisme ini seperti perangkat komputer.
Menurutnya, pemberian program pendidikan perilaku atau terapi kepada anak autis dianggap seperti menginstal suatu program aplikasi ke dalam sebuah perangkat keras komputer. Bila perangkat keras rusak, tentu tidak bisa mengaplikasikan program pendidikan atau terapi yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Tentu dalam memberikan program pendidikan perilaku atau terapi, dibutuhkan biaya yang besar bagi orang tua ABK. “Sebelum membuang biaya yang lebih banyak, kita harus melakukan perbaikan perangkat keras tersebut, sehingga perangkat lunak atau terapi dapat bekerja,” kata Grace. “Tidak mungkin kita mengoptimalkan sebuah komputer yang rusak, apalagi menjalankan aplikasi yang dimasukkan ke dalamnya,” ia melanjutkan.
Grace juga menjelaskan, pemberian perangkat lunak atau pendidikan terapi perilaku juga harus dilakukan dengan tepat, seperti saat mengaktifkan Microsoft Office, harus memiliki program Windows terlebih dahulu. Prioritasnya, mengeluarkan ABK dari kondisi autisnya.
Bila orang tua hanya terfokus pada program terapi, tanpa memperhatikan kondisi kesehatan ABK, pencapaian prioritas akan makin terhambat. Orang tua akan makin berat mengejar ketinggalan tumbuh kembang anak autis. “Mengejar 2—6 tahun ketinggalan akan lebih mudah daripada mengejar ketinggalan 10—20 tahun,” Grace menambahkan.
Dalam mendampingi anak autis, sangat dibutuhkan waktu, tenaga, perhatian, dan cinta. “Hal ini membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan ketekunan,” katanya di akhir sambutan.
Konferensi Autisme yang mengusung tema besar “Pemulihan Dimulai dari Rumah” ini mengundang para narasumber yang memiliki kapabilitas dalam menangani ABK, seperti Dr. Lovinia Surya yang membawakan topik Kesehatan Holistik ABK, Tri Gunadi yang khusus mengangkat topik Kasih versus Kasihan, dan Ratih Gandasetiawan ahli sensorimotorik. Acara ini digelar selama tiga hari, pada 27—29 Maret, di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...