40 Hari Doa dan Puasa Untuk Mengingatkan Bahaya Nuklir
BUSAN, SATUHARAPAN.COM – Para pendeta dan aktivis menyelenggarakan doa dan puasa selama 40 hari di depan Balai Kota Busan, Korea Selatan, untuk mengingatkan bahaya nuklir.
Kegiatan yang dimulai 30 September itu akan berakhir pada 8 November mendatang, di mana pada pekan terakhir akan berlangsung sidang raya Dewan Gereja-gereja Dunia (WCC / World Council of Churches) di kota itu yang mengangkat temas tentang keadilan dan perdamaian.
Aksi mereka berkaitan dengan persiapan sidang tersebut, dan juga memprotes bahaya radiasi nuklir, serta meminta untuk menutup Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kori yang merupakan tertua di Korea Selatan dan berjarak sekitar 20 kilometer dari tempat sidang WCC.
Mereka mengatakan bahwa dalam 35 tahun PLTN Kori beroperasi telah mengalami kerusakan sebanyak 120 kali . Ada 3,4 juta orang yang tinggal di kawasan itu dalam radius 30 kilometer dari PLTN Kori. Penduduk setempat merasa takut terhadap krisis ini, dan sadar akan bahaya bencana seperti terjadi di Fukushima, Jepang dan Chernobyl di Ukraina.
Penuh PLTN
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang secara geografis memiliki kepadatan tertinggi di dunia tentang pembangkit listrik tenaga nuklir.
Aksi warga Kristen Korea Selatan itu untuk berpartisipasi dalam doa dan puasa, dan ingin mengingatkan orang-orang Kristen di dunia bahwa sidang WCC berlangsung di bagian paling berbahaya di dunia dalam hal ancaman dari PLTN dan mengelak mengatasi ancaman nuklir yang melibatkan empat negara dengan senjata nuklir, Amerika Serikat, Rusia, China dan Korea Utara.
Para pengunjuk rasa meminta Majelis WCC untuk mengangkat isu senjata nuklir dan PLTN sebagai bagian "ziarah ekumenis menuju keadilan dan perdamaia."
Salah satu doa para aktivis Busan itu dilakukan untuk bertobat, karena telah "menutup telinga terhadap bahaya pembangkit tenaga nuklir meskipun sudah ada peringatan dari Fukushima.”
Peserta yang lain meminta semua orang Kristen "meninggalkan bencana besar senjata nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir" dan " berjalan bersama menuju jalur yang damai" sebagai gantinya.
Kota Busan terletak tepat di seberang selat dari Hiroshima dan Nagasaki, dua kota yang merasakan berapa bahayanya senjata nuklir. Sekarang ini, air yang mengandung radioaktif dalam jumlah besar masih merembes ke laut dari kebocoran PLTN di Fukushima setiap hari.
Doa Para Aktivis
Para aktivis ini menyampaikan doa demikian:
"Kami bertobat bahwa hidup kami yang telah menyebabkan masalah bencana bagi ekologi dan mengancam kelangsungan hidup seluruh umat manusia dengan secara tidak bijaksana menggunakan energi nuklir;
Kami bertobat bahwa kami telah berpaling, mata kami buta dan menutup telinga kami terhadap bahaya pembangkit tenaga nuklir meskipun telah ada peringatan dari Fukushima;
Kami berdoa agar kami dapat berbalik dari jalan dari pembangkit tenaga nuklir yang dapat menjadi bencana ekologi dan kemanusiaan;
Kami berdoa agar perdamaian dunia diwujudkan dan martabat hidup dilindungi sebagaimana kami mengubah dari energi nuklir kepada energi alam yang terbarukan;
Kami berdoa agar orang-orang Kristen di dunia meninggalkan kemungkinan bencana besar senjata nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir dan sebaliknya berjalan bersama menuju jalan damai bagi semua." (oikoumene.org)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...