400.000 Orang Desak PBB Nyatakan Terjadi Genosida Kristen
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 400.000 tanda tangan telah terkumpul dan diserahkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Jumat (29/4). Itu adalah tanda tangan para pendukung yang menyerukan agar PBB menyatakan bahwa telah terjadi genosida terhadap umat Kristen dan umat minoritas lainnya oleh ISIS, di Suriah dan Irak.
"Kami di sini di markas PBB untuk mengajukan lebih dari 400.000 tanda tangan dari warga dari seluruh dunia meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyatakan apa yang terjadi sekarang oleh ISIS di Suriah dan Irak adalah genosida," kata Ignacio Arsuaga, presiden kelompok advokasi CitizenGO, dalam konferensi pers hari Jumat (30/4) di luar markas besar PBB di New York City.
Petisi itu meminta PBB untuk "mengambil langkah maju untuk melindungi orang Kristen dan minoritas agama lain yang tinggal di sana," sehingga "kebebasan beragama dapat berlaku di wilayah itu dan di seluruh dunia." Petisi tersebut disampaikan ke kantor Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Jumat.
Menurut laporan, di antara penandatangan petisi itu adalah Uskup Nigeria, Joseph Danlami Bagobiri dan Uskup Agung Jean-Clement Jeanbart dari Aleppo. Mereka turut bergabung dengan perwakilan CitizenGO di luar markas PBB. Acara ini merupakan bagian dari tiga hari konferensi panjang tentang kebebasan beragama internasional, # WeAreN2016, atau "we are all Nazarenes."
Militan ISIS telah mengecat rumah-rumah orang Kristen di Mosul, Irak, dengan huruf Arab bertuliskan 'nun' yang berarti "Nazarene" atau Nasrani. Rumah-rumah tersebut menjadi target penganiayaan.
Secara khusus, petisi itu meminta kantor Ban Ki-moon untuk menekan Dewan Keamanan PBB untuk menyatakan ISIS melakukan genosida terhadap orang Kristen dan agama minoritas lainnya, dan untuk menegakkan "mekanisme" melindungi korban genosida dan mengadili para pelaku.
Lebih jauh, petisi itu juga menyerukan negara-negara anggota untuk "menghentikan perang di Suriah" serta membantu pemulangan pengungsi Irak di dalam negeri. Tempat perlindungan yang aman bagi pengungsi yang terusir dari rumah mereka, kata petisi itu, harus diciptakan, sama halnya dengan rencana aksi untuk menyelamatkan perempuan Kristen dan Yazidi yang ditawan serta diperbudak ISIS.
Umat Kristen telah meninggalkan Irak dan Suriah berbondong-bondong dalam beberapa tahun terakhir, yang merupakan 80 persen dari korban penganiayaan agama minoritas, menurut data lembaga "Call to Action."
"Umat Kristen, Yazidi, dan minoritas lainnya "adalah korban dari penderitaan yang disengaja oleh kondisi kehidupan yang diperkirakan akan membawa kehancuran fisik terhadap mereka oleh ISIS; Mereka dibunuh, dipenggal, disalib, dipukuli, diperas, diculik, dan disiksa, " demikian bunyi petisi.
Petisi itu juga mencatat bahwa Kementerian Dalam Negeri AS, Parlemen Inggris dan Parlemen Uni Eropa telah menyatakan secara resmi yang terjadi di Irak dan Suriah adalah genosida terhadap umat Kristen dan agama minoritas lainnya. Demikian juga sejumlah badan penasihat di PBB, telah menyatakan bahwa genosida terjadi.
"Jadi kami di sini untuk mendukung saudara-saudara kita, orang-orang Kristen dan orang percaya lainnya yang menderita penganiayaan, yang menderita pembunuhan, yang menderita diskriminasi di bagian dunia, Timur Tengah," kata Arsuaga pada konferensi pers.
Setelah konferensi pers, Uskup Agung Jeanbart menjelaskan mengapa sangat penting bagi PBB untuk mengambil tindakan terhadap masalah ini.
"Kita menjalani genosida nyata," kata dia, "dan kita takut mereka ingin mengusri kita bukan saja hidup kita, tetapi juga dari negara kita, dari tempat di mana kita dilahirkan, di mana Gereja lahir. "
"Ada dua jenis genosida (yang terjadi di Suriah dan Irak, red), genosida manusia dan genosida Gereja," kata dia. Tidak hanya orang yang mati, tapi Gereja itu sendiri "menghilang" dari Suriah.
"Gereja Kristen pertama kini runtuh," kata dia, mencatat bahwa orang-orang Kristen Suriah pertama adalah orang Yahudi dari Diaspora yang telah melakukan ziarah ke Yerusalem pada saat Pentakosta. Mereka berada di antara 3.000 orang yang dibaptis oleh Simon Petrus dan rasul lainnya.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...