6 Penulis Tolak Hadiri Penghargaan untuk Kartunis Charlie Hebdo
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Enam penulis menolak menghadiri acara PEN American Center untuk memberikan penghargaan bagi kartunis majalah satire Paris, Charlie Hebdo, yang meninggal akibat serangan kelompok jihadis Islam bersenjata di Prancis.
Sementara itu, penulis Salman Rushdie pada Senin (27/4) membela rencana PEN American Center tersebut. Dia mengatakan keputusan enam penulis melewatkan acara gala PEN sebagai protes akan mendorong intimidasi.
Rushdie mengatakan dalam sebuah email kepada The Associated Press sebagaimana dikutip situs Al Ahram bahwa adalah ‘’benar’’ PEN menghormati seniman Charlie Hebdo yang terbunuh dalam penembakan Januari lalu di kantor majalah itu.
Rushdie adalah mantan presiden PEN American Center, sebuah organisasi sastra dan hak asasi manusia. Dia terpaksa bersembunyi selama bertahun-tahun lebih akibat diancam dibunuh terkait novel karyanya berjudul ‘’The Satanic Verses’’ atau “Ayat-ayat Setan.”
Novel "The Satanic Verses," dikecam oleh pemimpin Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, sebagai novel anti-Muslim.
"Seniman Charlie Hebdo dieksekusi dengan kejam karena menggambar kartun satir, yang merupakan kegiatan yang sepenuhnya sah. Hal ini sangat tepat bahwa PEN harus menghormati pengorbanan mereka dan mengutuk pembunuhan terhadap mereka," tulis Rushdie.
Enam penulis tersebut telah mengatakan kepada organisasi mereka tidak akan menghadiri acara pada 5 Mei, yang dikenal sebagai PEN's annual World Voices Festival (Festival tahunan PEN Menyuarakan Dunia). Menurut New York Times, penulis yang menarik diri adalah Peter Carey, Michael Ondaatje, Francine Prose, Teju Cole, Rachel Kushner and Taiye Selasi.
Penghargaan untuk Keberanian
Acara akan diselenggarakan di New York City, dan majalah satire itu akan menerima ‘’Free Expression Courage Award ‘’ atau penghargaan keberanian mengekspresikan kebebasan.
"Masalah ini tidak ada hubungannya dengan minoritas tertindas dan kurang beruntung," tulis Rushdie. "Dia memiliki semuanya yang harus dilakukan dalam pertempuran melawan fanatik Islam yang sangat terorganisir, yang banyak didanai, dan yang berusaha untuk menakut-nakuti kita semua, Muslim maupun non-Muslim, dalam keheningan ketakutan,” kata Rushdie.
"Keenam penulis itu telah membuat diri mereka sebagai teman perjalanan dari projek itu. Langkah yang sangat, sangat buruk," kata dia.
Pengumuman pada hari Minggu (25/4) oleh PEN bahwa enam penulis telah menarik diri dan telah memicu gelombang tanggapan. Francine Prose, mantan presiden PEN dan salah satu penulis memprotes penghormatan bagi Charlie Hebdo. Dia menulis di halaman Facebook-nya hari Senin (27/4) bahwa dia "tidak enak hati oleh kesiapan Salman Rushdie yang biasanya peka dan cerdas untuk menghubungi kami 'teman seperjalanan' yang menekan jihad Islam."
"Saya berharap bahwa hadirin gala PEN akan disuguhi beberapa kartun yang lebih kasar dan lebih rasis yang diterbitkan CH (Charlie Hebdo-Red,), sehingga mereka akan tahu kepada siapa mereka bertepuk tangan dan menghormati," tambah Prose.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...