Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sabar Subekti 09:55 WIB | Jumat, 10 Januari 2025

60 Paus dan Lumba-lumba Mati Akibat Tumpahan Minyak di Rusia Selatan

Foto tangkap layar video yang dirilis Kementerian Keadaan Darurat pada hari Sabtu (4/1) tim penyelamat dan relawan bekerja membersihkan berton-ton minyak yang tumpah dari kapal tanker yang diterjang badai tiga pekan lalu di Selat Kerch, wilayah Krasnodar, Rusia selatan. (Foto: Kemeterian Keadaan Darurat Rusia via AP)

MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Tiga puluh dua lumba-lumba mati sejak bahan bakar minyak tumpah dari dua kapal tanker yang dilanda badai tiga pekan lalu di Selat Kerch, yang memisahkan Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia dari wilayah Krasnodar selatan, Rusia, kata sebuah kelompok penyelamat hewan pada hari Minggu (5/1).

Pusat Penyelamatan dan Penelitian Lumba-lumba Delfa Rusia mengatakan kematian tersebut "kemungkinan besar terkait dengan tumpahan bahan bakar minyak."

Pusat tersebut mengatakan pada aplikasi pesan Telegram bahwa total 61 cetacea mati — ordo mamalia air yang mencakup paus dan lumba-lumba — telah tercatat sejak keadaan darurat, tetapi kondisi mayat menunjukkan bahwa 29 lainnya telah mati sebelum tumpahan.

"Dilihat dari kondisi mayat, kemungkinan besar sebagian besar cetacea ini mati dalam 10 hari pertama setelah bencana. Dan sekarang laut terus menghanyutkan mereka," tulis pusat tersebut, mencatat bahwa sebagian besar lumba-lumba yang mati berasal dari spesies Azov yang terancam punah.

Kementerian Keadaan Darurat Rusia mengatakan pada hari Minggu (5/1) bahwa lebih dari 96.000 ton pasir dan tanah yang terkontaminasi telah disingkirkan oleh para pejabat dan relawan di sepanjang garis pantai distrik Anapa dan Temryuk di wilayah Krasnodar.

Para pejabat yang ditunjuk Rusia di Krimea yang diduduki Moskow mengumumkan keadaan darurat regional pada hari Sabtu (4/1) setelah minyak terdeteksi di pantai Sevastopol, kota terbesar di semenanjung itu sekitar 250 kilometer (155 mil) dari Selat Kerch.

Pada tanggal 23 Desember, kementerian memperkirakan bahwa hingga 200.000 ton secara total mungkin telah terkontaminasi dengan mazut, produk minyak berat dan berkualitas rendah.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut tumpahan minyak itu sebagai "bencana ekologis."

Selat Kerch merupakan rute pelayaran global yang penting, yang menyediakan jalur dari Laut Azov ke Laut Hitam.

Selat ini juga menjadi titik konflik utama antara Rusia dan Ukraina setelah Moskow mencaplok semenanjung tersebut pada tahun 2014. Pada tahun 2016, Ukraina menggugat Moskow ke Pengadilan Arbitrase Tetap, di mana mereka menuduh Rusia mencoba menguasai wilayah tersebut secara ilegal. Pada tahun 2021, Rusia menutup selat tersebut selama beberapa bulan.

Mykhailo Podolyak, penasihat kepala kantor Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menggambarkan tumpahan minyak bulan lalu sebagai "bencana lingkungan berskala besar" dan menyerukan sanksi tambahan terhadap kapal tanker Rusia. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home