8,1 Persen Rumah Tangga Indonesia Belum Konsumsi Yodium
MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan secara nasionalmasih ada 8,1 persen rumah tangga (RT) Indonesia yang mengkonsumsi garam tidak mengandung yodium, hanya 77 persen RT Indonesia mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, dan 14,8 persen RT dengan kandungan kurang. Angka ini masih belum mencapai target yang ditetapkan Badan kesehatan Dunia (WHO), yang telah diprogramkan melalui USI (Universal Salt Iodization), agar di seluruh dunia minimal 90 persen RT dapat mengkonsumsi garam dengan kandungan cukup yodium.
“Pemenuhan asupan gizi yang tidak optimal bukan saja saat hamil, melainkan jauh sebelumnya, termasuk asupan gizi mikro seperti yodium. Gangguan akibat kekurangan yodium menjadi salah satu fokus perhatian para ahli yang berkecimpung dalam bidang endokrinologi,” kata Dede Anwar Musadad, Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, pada acara pembukaan Workshop Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI, yodium dituliskan iodium, Red) yang mengangkat tema “Assessment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring their Elemination”.
Kegiatan itu diselenggarakan oleh perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) cabang Semarang, bekerja sama dengan Balai Litbang GAKI, di Magelang, pada Minggu (8/5), seperti dikutip dari situs litbang.kemkes.go.id.
Dede Anwar Musadad menambahkan, kualitas anak sangat bergantung pada kualitas calon ibu. Kekurangan, kelebihan yodium juga patut menjadi perhatian kita. Semakin dini deteksi pada calon ibu, makin besar pula fetus terselamatkan dari berbagai dampak negatif dari kekurangan yodium.
Rekomendasi asupan yodium pada masa kehamilan adalah 250 µg per hari. Dampak kekurangan yodium selama kehidupan fetus berdampak buruk terhadap perkembangan fungsi otak dan syaraf. Manusia yang hidup di daerah defisiensi yodium berat, mempunyai intelligence quoient (IQ) 13,5 point di bawah normal.
Gangguan fungsi otak dan saraf ini, akan menurunkan kemampuan belajar masa kanak-kanak, mempengaruhi kesehatan wanita usia subur, menurunkan kualitas hidup manusia dan menurunkan produktivitas ekonomi secara global. Kekurangan yodium, akan menyebabkan kretin endemik nervosa, dan atau disertai kretin endemik miksedematosda yang irreversible.
Fokus saat ini adalah menyebarkan pengetahuan dan keterampilan semaksimal mungkin mengenai screening awal GAKI, sekaligus pemantauan sistematis melalui sistem jejaring yang bekerja sinergis untuk meminimalkan kasus baru dan mempertahankan status bebas GAKI.
Status bebas GAKI khususnya kretin pernah digalakkan pemerintah dengan goal Zero Kretin pada tahun 2010.
Dirjen Bina Gizi dan KIA, dr Anung Sugihantoro, mengatakan, peta masalah kesehatan di Indonesian sangat beragam. Permasalahan gizi makro memang sangat banyak, namun jangan sampai dilupakan permasalahan gizi mikro seperti yodium. Bukan hanya akibat kekurangan yodium namun juga kelebilihan yodium, agar intervensinya spesifik.
Ia juga mengapresiasi adanya komunitas yang peduli terhadap masalah ini, khususnya guna kepentingan sumber daya manusia. Upaya untuk menanggulangi gangguan akibat kekurangan dan kelebihan yodium adalah dengan meningkatkan anggaran tahun 2016.
Editor : Sotyati
Seluruh Pengurus PGI Periode 2024-2029 Dilantik dalam Ibadah...
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Majelis Pekerja Harian (MPH), Badan Pengawas (BP), Majelis Pertimbangan (MP)...