85.000 Anak Meninggal Kelaparan di Yaman
SANAA, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 85.000 anak-anak di bawah usia lima tahun kemungkinan meninggal akibat kelaparan dan penyakit sejak perang saudara pecah di Yaman pada 2005, kata Save the Children, kelompok advokasi anak internasional, Rabu (21/11).
Organisasi itu mengatakan, perkiraan itu didasarkan pada laju mortalitas rata-rata akibat Malnutrisi Luar Biasa Akut, yang menurut PBB dialami lebih dari 1,3 juta anak-anak sejak koalisi pimpinan Saudi memerangi kelompok pemberontak Houthi di Yaman, Maret 2015.
Tamer Kirolos, direktur Save the Children cabang Yaman, mengatakan, untuk setiap anak yang tewas akibat bom dan peluru, puluhan lainnya menderita kelaparan yang merenggut nyawa dan sesungguhnya bisa dicegah.
Perang tersebut, dan sebuah blokade pimpinan Saudi terhadap Yaman, telah menciptakan krisis kemanusiaan paling buruk di dunia. Lebih dari 8 juta orang beresiko mengalami kelaparan.
Bantuan 500 Juta Dolar AS
Sebelumnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah menjanjikan dana 500 juta dolar untuk membantu jutaan warga Yaman yang terancam kelaparan.
Pengumuman ini dikemukakan hanya beberapa hari setelah David Beasley, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), mengunjungi Yaman dan memberitahu Dewan Keamanan PBB bahwa 12 juta dari 28 juta warga Yaman “selangkah lagi dari bencana kelaparan.”
Pemimpin King Salman’s Humanitarian Aid and Relief Center, Abdullah al-Rabeeah, memberitahu wartawan bahwa prakarsa baru tersebut bertujuan untuk memberikan bantuan makanan kepada sekitar 12 juta warga Yaman.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang sedang berperang melawan pemberontak Houthi Yaman sejak Maret 2015, mengumumkan prakarsa tersebut hari Selasa (20/11) dari ibu kota Saudi, Riyadh.
Telah puluhan ribu orang yang tewas dalam perang tersebut, dan dua pertiga penduduk Yaman bergantung pada bantuan.
Sementara itu para pejabat dan saksi mata di Yaman menyatakan pertempuran antara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dan pemberontak Syiah Houthi telah berkecamuk lagi kembali di sekitar kota pelabuhan Laut Merah, Hodeida, meskipun PBB menyerukan dilangsungkannya gencatan senjata di sana.
Mereka menyatakan serangan udara koalisi menghantam pemberontak Houthi di Hodeida dan sekitarnya pada Senin malam. Sebelumnya, pemberontak menyatakan mereka menembakkan rudal balistik pada malam sebelumnya ke Arab Saudi, sebagai respons atas upaya serangan di perbatasan dan serangan udara lainnya.(VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...