Abdul Mu’ti: Nabi SAW Adalah Sahabat dan Pahlawan Wong Cilik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sejak diangkat menjadi Nabi dan Rasul pada usia 40 tahun, Baginda Nabi SAW mengemban misi tauhid. Yakni, mengesakan Allah Swt dan mengajak manusia menyembah hanya kepada-Nya. Tauhid adalah fundasi revolusi mental yang di dalamnya terkandung pesan dan nilai persatuan, egalitarianisme manusia dan liberasi kemanusiaan.
Pesan ini disampaikan Sekretaris PP Muhammadiyah, KH Abdul Mu’ti saat menjadi penceramah pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw Tingkat Nasional, di Istana Negara, Jakarta, Jum’at (2/1) malam.
Hadir dalam peringatan ini, Presiden Jokowi dan Ibu Negara, Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta ibu, beberapa Menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK, para duta besar negara sahabat dan masyarakat Islam lainnya.
Mengusung tema Membangun Mental Kerja Melalui Spirit Maulid Nabi Muhammad Saw, Jebolan IAIN (sekarang UIN) Walisongo Semarang ini menceritakan sejarah singkat Kota Makkah dan kisah Muhammad muda sebelum diangkat menjadi Rasul.
“Dan berlandaskan tauhid, Nabi SAW membela kaum wanita, budak dan dhuafa yang tertindas oleh hegemoni borjuis Quraisy. Nabi SAW adalah sahabat dan pahlawan wong cilik, rakyat jelata dan masyarakat akar rumput,” kata Mu’thi.
“Tauhid juga mengandung nilai spirit, yang membuka akses mobilitas sosial vertikal berbasis kinerja. Bahwa, nasib seseorang ditentukan oleh kasab (usaha dan prestasi kerja), bukan nasab (keturunan atau silsilah keluarga),” tambahnya.
Menurutnya, prestasi dan kejayaan bisa diraih dengan kerja, yang dalam ajaran Islam, dikenal sebagai amal shalih. Bahkan, dalam Al-Qur’an, lafaz amal shalih disebut secara berurutan setelah iman lebih dari 60 ayat.
“Ini menunjukkan bahwa pertautan antara iman dengan amal shalih laksana benda dengan bayangannya. Amal shalih adalah aktualisasi, realisasi, ekspresi dan pengejawantahan iman. Dalam teori pembangunan, amal shalih adalah faith in action atau faith-based movement,” lanjutnya.
Mu’ti melihat, amal shalih merupakan investasi yang mampu menyelamatkan manusia dari kerugian dan menuntun ke arah kebahagiaan, serta mengangkat martabat manusia.
“Bekerja yang shalih, memiliki empat prinsip, yakni, niat yang shalih, kaifiah (proses) yang shalih, amal yang maslahat dan amal yang ikhlas. Dan dengan keluhuran akhlak, kekuatan kepribadian, keteladanan dan pembangunan mentalitas kerja baru, Nabi Muhammad SAW berhasil mengubah masyarakat Arab jahiliyah yang barbar menjadi bangsa yang berkeadaban,” tuturnya.
“Nabi SAW memulai membangun peradaban baru dengan mengubah mindset; visi, kepercayaan dan orientasi hidup yang benar,” kata dia.
Mu’ti juga memaparkan beberapa bangsa hebat dan digdaya di masa lalu, namun sekarang terpuruk. Sisi lain, banyak negara yang berasal dari kalangan budak atau perompak, berhasil mengubah wajah dunia dengan kerja keras, cerdas dan ikhlas.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bangsa dan negara yang hebat. Kesalehan spiritual bangsa Indonesia sangat tinggi, namun kesalehan sosial umat beragama masih rendah. Kita harus berubah,” katanya.
Menurutnya, masih ada waktu untuk berubah menjadi lebih baik. Bahwa, sebuah bangsa hebat adalah bangsa yang memiliki mind-set berkemajuan, trengginas, bekerja dengan superioritas moral, supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta visi kerja yang benar.
“Ke depan, kita akan mampu mengeksplorasi, mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam untuk kemakmuran rakyat kita, asal itu semua didukung oleh para pekerja yang shalih. Itulah pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad Saw,” katanya. (kemenag.go.id)
Editor : Eben Ezer Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...