Abdullah: KPK Sering Mengalami Teror
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abdullah Hemamahua mengaku penyidik KPK sering mengalami teror.
"Itu sudah sering, ada yang ditabrak, patah kakinya, ini teror cuma bom buatan," kata Abdullah di Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hari Selasa (7/7).
Untuk itu, kata Abdullah dengan terjadinya teror kepada seorang penyidik KPK Komisaris Polisi Afief Julian Miftah di Jalan Anggrek, Blok A Nomor 160 Perumahan Mediterania Regency, Kelurahan Cikunir, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi pada hari Minggu (5/7) dikirim benda mirip bom merupakan sistematis.
"Iya dulu juga ada yang seperti ini, ditangkap, ditabrak, ini sistematis kalau melihat dari berbagai fenomena, dari rencana perubahan Undang -undang KPK, yang diamandemen kan ini juga berarti ada beberapa kali judicial review (uji materi). Jadi ada upaya yang disebut corruptor fight back (perlawanan para koruptor). Ini berjalan terus," kata dia.
"Kalau saya melihat KPK nya itu. Lembaganya tinggal entry point-nya dari mana. Apakah dari pimpinan, pejabat, penyidik. Pokoknya KPKnya. Karena itu kita lihat, rencana Undang-undang baik KUHP maupun KUHAP, rencana amandemen Undang- undang KPK juga, kan diarahkan untuk melemahkan KPK. Jadi itu lembangnya. Entry point (modus operandi) melalui macam-macam cara," tambah dia.
Mengenai perlindungan kepada para penyidik, kata Abdullah sudah ada perlindungan dibandingkan sebelumnya. Namun dia menilai diperlukan kesadaran semua pihak bahwa korupsi adalah musuh bersama, sehingga semua unsur wajib melawan koruptor, bukan meneror atau melemahkan KPK.
"Ya peningkatan keamanan sudah ada, tapi kan orang mau niat jahat, pake baju sekalipun tetap saja. Ini bukan soal peningkatan keamanan tapi kesadaran semua pihak khususnya pemerintah dan teman-teman penegak hukum lain untuk bersama-sama memberantas korupsi. Jadi korupsi harus dijadikan musuh bersama-bersama, untuk memberantasa korupsi," kata dia.
Menurut Abdullah setiap pegawai KPK yang baru saja masuk harus mengetahui risiko yang akan dihadapi.
"Sebenarnya di dalam induksi pegawai baru KPK, selalu saya katakan bahwa ketika anda mendaftar untuk masuk KPK, anda harus sudah tahu binatang apa yang di KPK. Bicarakan ini dengan istri, suami, orang tua, dan keluarga lain sehingga semua risiko sudah diketahui. Tetapi organisasi atau lembaga berkewajiban untuk menyiapkan infrastruktur untuk mereka terlindungi," kata dia.
Dengan demikian, kata Abdullah selain senjata api yang bisa diberikan kepada penyidik KPK soal integritas juga.
"Kalau mereka ada senjata api memang bisa digunakan, ada juga rompi anti peluru. Tapi yang paling penting adalah soal integritas, kepercayaan pada diri sendiri," kata dia.
Abdullah berpesan kepada penyidik KPK Komisaris Polisi Afief Julian Miftah, walau sudah kena teror harus tetap berjalan seperti biasa.
"Tingkatkan hubungan vertikal, dengan orangtua, memberi keyakinan kepada keluarga, untuk sabar menghadapi ini sehingga dia tidak persuasif melaksanakan tugas dan fungsinya," katanya.
Editor : Bayu Probo
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...