ABK Bogor Menjerit, Pemda Terkesan Tutup Mata
BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Masyarakat yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kabupaten Bogor maupun di Kota Bogor, Jawa Barat, menjerit. Mereka mengaku dianaktirikan pemerintah. Pasalnya, minimnya perhatian pemerintah daerah (Pemda) setempat, sehingga memicu salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat Komando Pejuang Merah Putih (LSM KPMP) untuk membuka pendidikan bagi puluhan ABK sejak lima tahun terakhir.
Ketua LSM KPMP Kota Bogor, Ali Peci mengatakan sejak awal dibukanya pendidikan bagi ABK (autis) di wilayah Bogor raya ini, pihaknya tak sama sekali mendapat perhatian khusus bagi Pemda setempat guna menunjang pendidikan bagi kalangan ABK tersebut. Padahal, ABK di Bogor ini terhitung banyak sekali yang notabane nya masih perlu diperhatikan secara khusus dari anak normal pada umumnya.
“Sejak saya membuka pendidikan bagi ABK lima tahun lalu ini, sampai saat ini tak ada bantuan apapun dari pemda setempat. Padahal, saya pernah meminta perhatian khusus kepada Dinas Pendidikan Kota Bogor saat membuka pendidikan ini di wilayah Kecamatan Tanah Sareal namun hanya janji-janji palsu saja yang kami peroleh," kata Ali Peci di Mako KPMP di ruko plaza Duo Raja, Cijujung, Sukaraja, Kabupaten Bogor, hari Minggu (19/11).
Ia menambahkan, sistem pembelajaran yang diterapkan oleh pihaknya tentu sangat berbeda dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berada di Bogor ini. Lantaran dengan keterbatasan sarana dan prasarana (sarpras) yang ada hanya sebetas saja, namun sekolah ABK miliknya itu tentu memiliki keutamaan-keutamaan yang tak dimiliki oleh SLB dan sekolah ABK manapun.
“Sistem pembelajaran yang kita terapkan disini memang sangat berbeda dari SLB manapun. Meski kami disini masih sangat minimnya sarpras dan tenaga pendidiknya namun tentu mempunyai unggulan dari Sekolah-sekolah ABK dimanapun,” kata dia.
Lanjut Ali mengatakan, jika bicara dari segi tenaga pendidik tentu ditempat nya itu sangat berbeda jauh dibandingkan SLB milik pemerintah ataupun swasta karena keterbatasan sarpras. Akan tetapi, penerapan sistem pembelajaran bagi anak didiknya itu jauh berbeda dengan sistem sekolah ABK manapun.
“Misalnya, kami di sini dengan melihat terlebih dulu kelebihan atau kebutuhan dari salah satu anak didik kami. Setelah itu, baru kami berikan pembelajaran kepada anak tersebut sesuai karakternya, di antaranya komputer, bermain musik, dan lain sebagainya. Karena jika di SLB pada umumnya itu anak diberikan pembelajaran akan disamaratakan kepada ABK tetapi kalau kita di sini tidak begitu satu anak satu guru pembimbing jadi insya allah dalam kurun waktu tiga bulan ke depan anak itu akan menunjukkan perubahan yang signifikan,” kata dia.
Sementara mengetahui hal itu, salah satu walimurid yang diketahui kini anaknya telah disekolahkan di SLB Yasmin, Kota Bogor, Uni menuturkan jika dirinya tertarik untuk memindahkan anak perempuannya yang saat ini sedang bersekolah di SLB favorite di Kota Bogor ke sekolah ABK di bawah naungan LSM KPMP tersebut.
Uni mengaku, sambung dia, jika selama anaknya bersekolah setahun terakhir di SLB unggulan itu hingga kini sang anak tidak menunjukkan kemajuan apapun, meski sudah membayar mahal anak perempuannya yang kini telah beranjak dewasa itu tak menonjolkan perubahan apapun.
“Saya berminat sekali mas untuk memasukkan anak perempuan saya ini yang bernama Dilla untuk mengikuti pembelajaran di sekolah ABK itu. Mungkin Senin (20/11) hari ini saya akan mendaftarkannya langsung, karena disana saya melihat sistem pembelajaran yang diterapkan sangat berbeda jauh ketimbang anak saya mengikuti pembelajaran di SLB favorite tersebut. Mudah-mudahan dengan menyekolahkan anak saya ini ke sekolah ABK milik LSM KPMP itu dalam waktu beberapa bulan ke depan menunjukkan perubahan yang sangat signifikan dari sebelumnya,” kata dia. (PR)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...